Mohon tunggu...
thamzilthahir tualle
thamzilthahir tualle Mohon Tunggu... journalist -

lahir di makassar. selalu mencoba menulis apa adanya bukan ada apanya!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Paotere; Restoran Alam Nelayan Spermonde

9 Mei 2010   17:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

INI masih seputar Festival Internasional Olahraga Bahari (FOIB) 2006. Sekitar empat mil laut sebelah utara Fort Rotterdam, terdapat pelabuhan rakyat Paotere dan Pangkalan kapal TNI Angkatan Laut (Lantamal) IV Makassar, tempat sekitar 45 Yacht asal luar negeri menambatkan sekaligus mengamankan kapal mahal itu selama festival berlangsung.

Jika Anda berkunjung di antara pukul 07.00 wita hingga pukul 09.wita, tanda-tandanya jelas. Jika berada di depan gerbang Lantamal, dari jalur berlawanan ikutilah jalan yang dilalui para pagandeng juku, distributor sekaligus penjaja ikan segar yang menggunakan kereta angin atau sepeda motor.

Sekitar 5 menit kemudian, saat lalulintas dan arus pagandeng juku kian ramai, berarti tujuan kian dekat, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere di depan mata. Untuk lebih meyakinkan Anda tak kesasar, matikan mesin pendingin mobil, turunkan jendala mobil, lalu hiruplah aroma sekitar.

Kian menyengat amis ikan, berarti Anda segera berdesakan dengan pagandeng, punggawa, pedagang, pabilolang (buruh), dan pabissa (tenaga pembersih kapal nelayan) ikan segar tangkapan nelayan gugusan pulau karang Spermonde.

Bagi restoran atau rumah makan kebanyakan, suasana serba teratur, resik, tenang, dan sejuk, adalah jualan utama setelah menu. Dan suasana itu baru ada di angan-angan Hajjah Malla, pemilik sekaligus pengelola salah satu dari tiga kedai seafoodtradisional di kawasanPaotere.

Ada empat pelayan. Tiga orang adalah gadis belia. Seorang pelayan lelaki setengah baya, bertugas membersihkan sekaligus memanggang ikan segar pilihan Anda. Tapi hati-hati, jangan menggoda Hajja Malla di depan “pelayan” itu. Rahman, lelaki kurus yang kerap berkaos Polo dan bertopi adalah bapak dari dua anak Hajja Mallah.

Tak seperti restoran modern kebanyakan, kedai Hajja Malla tak menyediakan ikan. “Kita hanya membersihkan insang ikan(g) dan sisiknya, lalu membakar. Kita juga repot kalau menggoreng,” kata Malla.Di kedai yang hanya pas memuat sebuah meja pimpong itu, hanya menyediakan nasi putih,sayur asem, sayur nangka bersantan, atau sayur kambu paria.

Sebagai pelengkap menu, kedai itu juga menyediakan tiga jenis sambel. Ada sambel terasi, sambel tomat, dan terakhir adalah racak taipa, cacahan buah mangga muda atau mengkal yang diberi air garam dan cabe segar. “Pelanggan paling suka racak taipa. Katanya, rasa kacci-kacci (kecut-kecut) pedas, sangat pas dengan ikan bakar,” kata Malla.

Di kedai ini,sambil menunggu ikan panggang orderan, Anda dan rekan bisa bercerita dan tertawa terbahak sembari menyeruput kopi susu dan teh susu panas khas Makassar. Tapi kami merekomendasikan Anda menyaksikan aktivitas bongkar muat ikan segar. (th@mzil tualle)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun