Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tenang Saja, Kenaikan Harga Rokok Masih Wacana

22 Agustus 2016   21:54 Diperbarui: 23 Agustus 2016   08:34 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum Naik

Minggu sore, 21 Agustus 2016 saya mampir di salah satu toko serba ada di kawasan Pasar Induk Jakarta Timur. Maksud hati ingin membeli sesuatu kebutuhan namun yang jelas bukan rokok. Bersebab terbetik berita bahwa harga rokok sebungkus akan di naikkan menjadi Rp. 50.000,- Saya tergerak pula menanyakan perihal harga si batang putih sepanjang 7 cm itu.

Ternyata harga rokok belum naik alias masih bandrol lama. Menurut penjaja toko, belum ada perubahan harga dari agen distribusi walaupun mereka juga sudah mendengar isu tentang kenaikan harga rokok.  eributan bernada kekuatiran yang dialami oleh para ahli hisap dan komunitas suro itu belum menjadi kenyataan, baru pada taraf wacana.

Inilah kekuatan sosial media, masalah rokok ramai diperbincangkan.  Perbincangan itu bukan saja berbentuk keluhan dari para penggemar rokok namun juga di bahas habis habisan oleh komunitas anti rokok. Rokok memang telah menjadi bagian hidup tak terpisahkan dari rakyat Indonesia sejak zaman dahulu.  Ini satu fakta yang tidak bisa terbantahkan bila kita lihat dokumentasi perjalanan sejarah rokok di masyarakat.

Menambah APBN

Ketua DPR RI Ade Komarudin mengatakan wacana pemerintah yang ingin menaikkan harga rokok hingga dua kali lipat dinilai bakal membantu APBN karena berpotensi meningkatkan penerimaan negara.  "Kalau dinaikkan harganya, otomatis penerimaan negara dari sektor cukai akan meningkat. Itu artinya, menolong APBN kita supaya lebih sehat di masa mendatang," kata Ade Komarudin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (20/8). (republika)

Selain itu, menurut Ade Komaruddin, usulan pemerintah terkait dengan kenaikan harga rokok itu juga akan dapat mengurangi perilaku konsumtif masyarakat terhadap rokok. Hal tersebut menurut politisi Partai Golkar itu, kenaikan harga merupakan upaya untuk mengurangi jumlah perokok yang ada di tengah masyarakat.

Nampaknya  pemerintah mengambil kesempatan untuk menambah perbendaraan keuangan negara melalui upaya menaikkan cukai rokok. Pajak penjualan diperkirakan akan di naikkan dua kali lipat. Tetapi apakah benar kenaikan harga akan mengurangi konsumsi rokok, patut dilakukan penelitian empiris setelah harga rokok itu benar benar dinaikkan.

Addict

Hipotesa kecanduan perokok tentu berbeda dengan kebutuhan rekreasi atau kebutuhan sandang masyarakat. Perokok adalah komunitas warga yang menikmati hisapan demi hisapan dalam kepulan asap. Sepertinya kenikmatan itu tidak terpengaruh dengan kenaikan harga rokok.  Lain halnya dengan kenaikkan harga pakaian, pasti warga akan berpikir sepuluh kali ketika akan membeli busana yang lebih  bagus.

Jadi upaya pemerintah dilihat dari sisi anggaran adalah benar menambah pendapatan negara namun ditinjau dari jumlah rokok yang terjual akan tetap sama alias tidak akan berubah. Hipotesa ini menunjukkan bahwa para penggemar (addict) rokok sulit dihentikan karena kebutuhan itu sudah menyatu dalam gaya hidup.

Paling paling nanti para ahli hisap ini akan menukar jenis rokok dengan cara tradisonel seperti tembakau yang dililit kertas, Bisa jadi harganya lebih murah namun mulut asam katanya tetap bisa dihindari. Kenikmatan mengepulkan asap dengan alasan bisa lebih kosentrasi rasanya mengada ngada, tetapi biarlah toh soal kecanduan ini bermain di mindset si perokok. Satu hal yang belum dapat dijelaskan di sini bahwa tingkat kenikmatan berbeda antar satu perokok dengan perokok lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun