Tulisan ini terinspirasi dari 2 persitiwa. Satu Peristiwa politik dan satu lagi peristiwa ikutan politik. Peristiwa pertama politik asli. Beritanya begini. Prabowo sebagai Capres Partai Gerindra bersilaturahim ke Capres Partai Golkar Abu Rizal Bakri. Peristiwa politik ini tentu saja menurut hemat awak membuat panas dingin Capres yang satu lagi. Nah, sobat gendang telah ditabuh bertalu talu maka para penari mulai menggemulaikan tubuhnya mengikuti irama gendang. Semoga sobat paham, inilah politik yang dikalangan pasaran disebut sebagai jurus gertak menggertak.
Sebelumnya gendang itu pernah pula di tabuh oleh Ketua Partai Demokrat. Irama gendangnya agak aneh namun apa boleh buat ada juga para pihak yang terpaksa menari mengikuti irama gendang. SBY menggertak berniat menyusun kekuatan baru berupa manuver membentuk poros ke empat. Ahai sobat gendang yang bertalu talu itu menyebabkan penari meliuk liukkan tubuhnya, nampak rasa letih karena irama gendang sungguh dahsyat syusah diikuti. Untunglah gendang SBY tidak terlalu lama berdentum. Sang penari sementara lega, bisa istirahat sejenak.
Dalam dunia politik menurut hemat awak siapa yang lebih sering memukul gendang dialah pemenangnya. Menjelang hari pencoblosan 9 Juli 2014 gendang gendang itu semakin riuh ditabuh, Yes,sobat, akhirnya gendang siapa yang paling sering berdentam meriuhkan suasana maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap hasil pencoblosan nanti. Ya, Sang pemilik gendang itu banyak dan tanpa sadar para penaripun jumlahnya berbanding lurus dengan jumlah gendang berbanding 1 : 5.
Sekarang kita bicara peristiwa ikutan politik. Soal gendang juga tetapi di lapak kompasiana ini. Ada gendang ada juga penari disini. Awak berusaha menjadi seorang pemukul gendang dan menghindari diri dari menjadi penari. Awak menulis terus tentang politik , itulah gendang, namun awak tidak tidak mau terbius atau terpengaruh dengan tulisan tulisan sobat sobat tercinta kompasianer. Santai saja bila terjadi perbedaan pendapat, awak tak suka menyerang apalagi menghujat, toh kita tetap satu profesi nanti setelah gaung pesta demokrasi ini selesai kita kembali ke khitah masing masing sebagai warga negara yang mempunyai presiden yang sama,...hahahahha
Oleh karena itu, terkait dengan gendang dan penari itu awak teringat akan sebuah peristiwa di kompasiana. Baru saja malam ini awak menanggapi semacam curhat seorang sobat jurnalis di FB yang merasa di bully dan kemudian selalu "diikuti" Sebagai seorang sobat awak hanya memberi koment singkat (nasehat.com) yang bunyinya begini :
" Positif Mbak Iramawati Oemar, anda termasuk jurnalis yang amat sangat diperhitungkan oleh mereka. Fatwa Datuk Awak dari negeri sebrang, Tabuhlah terus gendang biarkan mereka menari nari,...hahahahaha "
Have a nice dream friends
Salam Indonesia Raya
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H