Terulang terjadi narapidana bersiliweran di alam bebas.  Contoh faktual si Gayus Tambunan dengan segala kelihaiannya mampu memperdayakan sipir penjara dengan kekuatan uang.  Mungkin kata memperdayakan itu lebih tepat dikategorikan sebagai suap, namun awak tak sampai hati menggunakan kosa kata tersebut mengingat sipir penjara juga adalah manusia.Â
Menyikapi ketidak berdayaan oknum anak buah tak pelak kepala Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sejak era zaman baheula pusing tujuh keliling. Sudah banyak cara diupayakan dalam program pembinaan agar sipir penjara tidak tergoda  ulah para napi. Namun hasil pembinaan itu hanya sebatas sampai di ruang kelas, selanjutnya ketika menyaksikan lembaran rupiah yang di kepalkan ketangan mereka tidak berdaya.
Menghadapi ketidak berdayaan oknum sipir lapas tersebut timbul pemikiran awak untuk mengusulkan penugasan robot anti suap. Mesin pintar yang boleh jadi berbentuk fisik manusia itu di disain sedemikian rupa sehingga dia mampu menjaga napi agar tidak bisa melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan aturan baku penjara. Nah apakah ada di penjara negara lain yang menggunakan robot, itulah yang menjadi pertanyaan besar.
Baik, sebenarnya ide robot itu tidak mengada ngada. Â Filosofi yang terkandung dari usulan robot itu sebetulnya berangkat dari analisa logis berdasarkan pertimbangan agar siapapun yang mendapat amanah menjaga penjara kebal terhadap godaan suap. Â Apakah kita masih bisa percaya dengan sipir penjara, atau tepatnya apakah masih aada anak manusia yang sanggup melaksanakan tugas penjagaan secara profesional ? Tentu ada.
Makna yang terkandung dalam keberadaan  robot sebenarnya adalah manusia yang tidak mempunyai hati.  Lihat saja film robocop, seorang polisi mesin menjalankan tugas berdasarkan Standard Operasional Procedure.  Tanpa tedeng aling aling siapapun penjahat yang dihadapi akan dilibas.  Tidak ada kompromi sama sekali untuk pelaku kriminal.  Robocop memang diciptakan demkian. dia bukan manusia , dia tidak punya hati sehingga tidak bisa pula diajak kongkalingkong.
Kembali kepada masalah sipir penjara yang benar benar profesional, nampaknya Menteri Hukum dan HAM perlu melakukan tindakan progresif dalam pembinaan anak buahnya itu,  Tindakan kompehensif progresif tersebut adalah bertujuan untuk memproteksi penjaga penjara di seluruh indonesia agar tahan terhadap suap. Coba lihat kesejahteraan sipir, apakah mereka mendapat penghasilan untuk kehidupan keseharian keluarganya telah mencapai taraf layak ?Â
Bukan saja pemberian insentif kesejahteraan, namun dalam proses rekruitment harus dilakukan secara benar dan betul agar para sipir yang terpilih benar benar tangguh dari sisi moral dan disiplin. Awak percaya masih banyak warga negara Indonesia yang memiliki nilai nilai kejujuran, taat kepada aturan serta menjunjung tinggi amanah. Â Inilah prototype robot yang sebenaranya, yaitu manusia berhati baja, tahan terhadap godaan seberapapun besarnya dan tegas dalam menghadapi napi.
Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) Gunung Sindur akan dijadikan lapas khusus terpidana bandar narkoba. Selain polisi dan BNN, Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan pun akan dilibatkan dalam membina dan mengawasi para terpidana di dalamnya. Setelah meresmikan Lapas Gunung Sindur, Kemenkuham berencana meresmikan lagi dua lapas khusus bandar narkoba. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi peredaran narkoba.
Jadi walaupun  lembaga permasyarakatan gunung sindur misalnya telah disiapkan secara fisik memiliki kemampuan super maximun security maka akhirnya tetap saja ketergantungan kepada awak sipir tidak bisa diabaikan.  Sehebat apapun teknologi security yang super protektif, tetap saja akan lumpuh apabila awak dibelakangnya masih tergoda oleh kepalan rupiah bahkan dollar. Selamat pagi Pak Menteri, silahkan ciptakan manusia berhati robot untuk anda tempatkan di penjara.
Ilustrasi gambar : slideshowtoy
Salamsalaman