ilustrasi gambar : beritasatu.com
Trending Article
Warong Kupi Ciracas Jakarta Timur, senjakala menjelang Reshuffle Kabinet Kerja.
TD : Sesungguhnya gonta ganti menteri itu nguras pikiran lho Pak Nur
NS : Bisa jadi Pak TD, apalagi semakin dekat semakin ruwet, banyak request dari Parpol
TD : Kasian Pak Jokowi, sudah setahun belum juga ketemu the dream team
NS : E - ech kayak maen bola aja, pake tim impian segala
TD : La iyalah, sang kapten pusing, kawan main ngak bisa di ajak kerja sama, malah pada loyo
NS : lha pelatih nya siapa yak ?
TD : auk ach gelap
Itulah obrolan santai terkait reshuffle kabinet versi warong kupi. Bukan di Ciracas saja, apabila anda mampir di warong kopi sejenis di seantero nusantara maka topik obrolan (trending article) pasti utak atik posisi Menteri. Wajar saja karena ada kepentingan rakyat terhadap kinerja kabinet. Walaupun peserta diskusi level bawah dengan tingkat pengetahuan, pendidikan dan latar belakang yang sangat berbeda (heterogen) namun ujung dari kesimpulan obrolan pasti sama (homogen) yaitu bagaimana negeri ini aman sejahtera.
Memang terlalu jauh mengharapkan aman sejahtera, tapi paling tidak ada perubahan bermakna dengan kehadiran the dream team. Kalau di dunia sepak bola, harus menang pada setiap pertandingan jangan seri apalagi kalah. Tim harus solid, para pemain tahu dan paham akan tugas di posisi masing masing. Kapten mempunyai peran penting mengatur strategi dan memberi semangat anak buah agar setiap peluang bisa diwujudkan menjadi goal.
Pak Jokowi, begini.
Baiklah Pak Jokowi. Saya hadir di Istana memenuhi undangan jamuan makan siang bersama 100 kompasianer. Saya menyaksikan dan melihat sendiri bahasa tubuh Bapak Presiden ke - 7 ketika menyampaikan kata sambutan. Saya memang bukan ahli gestur, namun dari hati kecil nan paling dalam saya menilai sosok Bapak Jokowi memang tulus ingin membangun Indonesia Raya. Dari pola bicara dan sikap serta kejernihan hati, Pak Jokowi fokus memimpin negeri ini setahap demi setahap, terencana mengejar ketertinggalan.
Pak Jokowi tentu tidak bisa bekerja sendiri. Banyak punggawa dibawahnya. Mulai dari Wakil Presiden dan Para Menko. Itu ditataran kebijakan utama, kemudian ada pada level pelaksana yaitu para Menteri Kabinet. Seyogyanya para pembantu presiden benar benar mampu dan mau memposisikan diri sebagai pekerja keras sebagaimana yang dicontohkan Presiden Republik Indonesia.
Seandainya masih saja ada para pembantu berkerja berjalan sendiri tanpa arah maka dia harus di tegur atau bahkan diganti. Pembangunan Nasional itu ibarat busur dan anak panah. Semua anak panah diarahkan menuju satu sasaran. Kalau ada anak panah yang melenceng jauh dari sasaran maka siapakah yang patut disalahkan, busur atau anak panah tadi. Artinya anak panah yang jelek jangan di pakai.