Sumber : Dokumen TD Rekreasi orang kota ke kampong kami ketika mudik lebaran malah ke Boran. Bagi anak cucu yang tidak di lahirkan di tanah minyak Tempino Jambi, Boran menjadi benda aneh. Betapa tidak, Boran atau alat ungkat ungkit penghisap minyak perut bumi itu tidak ada di kota besar. maka ber ramai ramai lah orang kota menyaksikan ke aneh an besi yang bergerak dinamis itu sambil tidak lupa berfoto ria. Sebagai anak kelahiran Tempino awak terpaksa menjadi pemandu wisata untuk menjelaskan seluk beluk si benda yang bernama Boran. ********* Istilah Boran sudah sangat familier di telinga anak anak buruh Pertamina. Di koleksi referensi wikipedia mungkin Boran di kenal dengan nama mesin Penghisap Minyak (?) awak tak paham. Tanah minyak di kawasan Propinsi Jambi khususnya di desa Bajubang, Kenali Asam dan Tempino, (dahulu) banyak sekali terdapat mesin mesin yang menyedot minyak dari perut bumi.Kami menamakannya Boran, karena melihat bapak, paman dan para pekerja Pertamina ketika bekerja memperbaiki alat yang rusak itu dengan Bor. Oleh karena itulah pipa pipa yang menjulur ratusan meter kedalam tanah itu di sebut Boran. Inilah sejenis alat ungkat ungkkit yang bergerak dinamis menarik ribuan barel minyak mentah. Mesin itu digerakkan oleh tenaga listirk khusus di suplly dari pembagkit energi yang di namakan splatur. Dokumentasi foto diatas adalah salah satu Boran yang masih ada di Tempino di antara 50 boran lainnya. Tahun 1950-1980 ketika Pertamina masih jaya terdapat lebih dari 200 Boran di sekitar Tempino. Ayahanda Dahlan dulu bekerja sebagai tim servis boran rusak. Tim ini terbagi 4 kdlompok yang bekerja secara shift. Masih ingat ketika Bapak berangkat Pukuil 19.00 di jemput mobil truk perusahaan menuju ladang minyak di hutan untuk melanjutkan reparasi boran rusak. Boran terdekat dengan desa Tempino terdapat di woneng kapal terbang dekat rumah Pak Nursal. Awak kemarin ketika mudik 2 kali melihat Boran peninggalan Belanda . Masih terbayang ungkat ungkit besi yang dulu secara iseng sering di naiki budak tempino yanh jahil. Dianggap Boran itu sebagai kuda kudaan. maklum rekreasi di dusun kami sangat minim selain mandi di kolan renang Pak Kasim. Rumah kami di ladang dekat woneng 12 dulu ada 3 boran yang menglilingi rumah. Satu boran dekat rumah Wak Kintel, satu lagi pas di belakang rumah agak ke kanan di bawah woneng kapal terbang. Boran satu lagi di atas rumah Pak Etek Sabirin adik Bapak. Ke -3 boran itu tinggal sejarah, tertutup oleh semak semak karena tidak produktif lagi. Masih teringat kenagan ketika kecil sering bermain main di dekat boran khususnya di bawah pipa gas yang menyalakan api besar. Biasanya kalau malam minggu anak anak Tempino mencari tenggeret di bawah nyala api gas itu. Tenggeret itu kemudian dikumpulkan selanjutnya di goreng. mau tau rasanya,..... ? Tanya deh ke anak anak wonderfull Tempino, pasti semua punya pengalaman mencicipi masakan khas tersebut,..... Boran oh Boran. minyak di bumi kami telah menipis, atau alat produksi itu yang telah rapuh sehingga tidak mampu lagi mengisap minyak di kejauhan perut bumi. Masih berharap Pertamina meng ekplorasi kembali ladang ladang minyak Tempino dan sekitarnya agar kehidupan jaya raya di kampong kami kembali ceria seperti jaman ke emas an dulu,.... #Serial Mudik# Salam Salaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H