Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

[Refleksi 70 Merdeka] Mewujudkan Tempino Sebagai Destinasi Wisata Sejarah

5 Agustus 2015   18:56 Diperbarui: 6 Agustus 2015   08:28 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

70 Tahun Merdeka

Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun ini memasuki usia renta di ulang tahun ke 70 tahun..  Usia renta sangat pas disandangkan apabila dibandingkan dengan umur harapan hidup orang Indonesia yang rata rata 66 tahun. Ibarat orang sepuh berjalanpun tertatih tatih di tinjau  dari kebugaran fisik dan berpikirpun mulai sedikit lemot terkadang hang.  Tetapi tidak perlu resah benar terkait ke rentaan Indonesia karena sesungguhnya kita masih berharap negeri nusantara ini akan terus eksis sampai 1000 tahun sebagaimana umur bangsa lain asalkan Pancasila tetap dipertahankan sebagai ideologi NKRI.

Memang kita telah Merdeka, namun kemerdekaan itu hanyalah milik segelintir warga.  Kenikmatan merdeka hanya sebatas bebas berpergian kesana kemari didalam negeri sementara kemerdekaan ekonomi tampaknya masih terjajah oleh kekuatan negara negara besar.  Belum lagi kemerdekaan politik, rakyat hanya dijadikan sebagai objek ketika meminta dukungan suara pada pemilihan umum. Ketika suara itu telah diberikan dan sang pemimpin telah terpilih maka kebebasan bersuara rakyat malah dibatasi.  Apalagi ada rencana Pemerintah menghidupkan kembali Undang Undang Penghinaan Presiden. sehingga setiap kritik rakyat dikuatirkan masuk kedalam kategori penghinaan.

Tidak usahlah memikirkan kondisi NKRI dalam lingkup nasional, biarlah para petinggi itu yang melakukan apa apa yang terbaik menurut mereka. Satu catatan saja, wahai tuan penguasa jangan sampai NKRI di gadaikan kepada bangsa lain karena kepentingan nafsu duniawi.  Sikap awak bukan karena pasrah atau kecewa tetapi fakta berbicara telah berganti beberapa Presiden namun tujuan nasional mensejahterakan rakyat masih seperti jauh panggang dari api.  Ada baiknya warga lebih memikirkan lingkungan nya sendiri dan dan sebisanya memberi manfaat bagi orang orang terdekat seluas jangkauan.  Mengharapkan pemerintah hadir disini bak menunggu godot disiang hari karena daftar antri (Pemerintah)  muncul di daerah anda  sangat panjang.

Indonesia ada karena mimpi pendahulu kita. Kemerdekaan bukan dihadiahkan penjajah, namun kemerdekaan itu direbut dengan darah pahlawan. 70 tahun merdeka mimpi apalagi yang ingin diwujudkan ? Mimpi atau cita cita itu bukan hanya milik anak kecil, remaja, pemuda pemudi, dikala masih panjang jalan nan kan ditempuh. Seluruh rakyat wajib bermimpi ketika masih banyak harapan yang belum tercapai.  Lihatlah keberhasilan Lasykar Pelangi bukankah semua itu berawal dari mimpi anak anak Belitong.

Anak anak Indonesia bersemangat menjawab  ketika ditanya "apa cita cita mu nak kelak kalau sudah besar ?" Menjadi Pilot Pak,  aku mau menjadi Dokter, cita citaku ingin menjadi Insinyur.  Itulah 3 cita cita favourite anak anak dari zaman kezaman.  Termasuk diriku ketika masih balita.  Mana ada anak anak bercita-cita menjadi petani dan nelayan. Paling-paling dalam wawasan keterbatasan dua pilihan atas peran ayahanda dan ibunda yang mengarahkan menjadi guru atau bidan. Dan ,.... belum ada cita cita anak anak senusantara ingin menjadi seorang penulis. Belum terdengar sampai akhir zaman ini, apakah itu pekerjaan penulis, bisakah penghidupan dikawal dari corat coret di atas kertas buram ?

Baiklah, nanti awak teruskan cerita tentang penulis. Mari lihat pekerjaan satu makhluk nan tiada mempunyai nafsu. Keberadaan makhluk  tertera di 4 Kitab Suci, tak terlihat wujud namun dirasakan keberadaannya. Dia hadir selalu di muka bumi, melayang diatas awan, sayapnya lebar terbentang dari ufuk timur sampai kebarat. Dia hadir mengabsen manusia ketika shalat subuh di baitullah. Dialah Malaikat yang mencatat dengan rapi setiap cita cita anak manusia dan kemudian mewujudkan keinginan tersebut sampai menjadi kenyataan.  Malaikat apresiasi kepada anak-anak yang suka bermimpi, terutama bercita-cita tinggi selangit misalnya mimpi melalang buana ke 5 benua. Kenapa tidak setinggi itu cita citamu nak ? apa yang engkau risaukan.  

 

Berani Bermimpi

Ketahuilah Malaikat pun setia mengawal  semua angan angan dan lamunanmu itu. Atas seizin Tuhan Maha Pencipta Alam, serdadu Malaikat mengawal mimpi mimpi si anak desa dengan satu saja syarat.  Syarat sederhana saja, kiranya sang pemimpi selalu mengulang dan mengulang cita citanya dalam setiap mimpi dilelapnya tidur. Yakinlah mimpi itu akan terwujud dalam hamparan kemudahan menjadi kenyataan.  Tentu saja usaha dan kerja keras menggapai mimpi wajib didawamkan melalui pendidikan berjenjang serta tetap bersikap santun dan hormat serta mohon doa restu  orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun