Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Musuh Besar Ahok Si "Tapi"

8 Maret 2016   08:55 Diperbarui: 8 Maret 2016   09:07 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ahok dan Warga Jakarta (ahok.org)

Pemilihan Kepala Derah Khusus Ibukota   tinggal menghitung bulan.  Februari 2017 warga Jakarta yang memiliki hak pilih akan berbondong bondong memasuki ruang kotak suara.  Ketika itu tentu dalam angan angan warga  sudah final wajah siapa yang akan dicoblos.  Bisa jadi Ahok atau Calon lain. 

Biasalah dalam setiap Pilkada selalu muncul kata lawan tanding atau lebih kasar di sebut sebagai musuh besar.  Musuh yang hanya berdurasi selama pemilihan setelah itu biasanya pemenang dan pecundang akan ber peluk pelukan.  Itulah hebatnya Demoktrasi Pancasila  khas Indonesia.

Sehubungan belum jelas siapa musuh Ahok maka pembahasan seluruh pengamat profesional dan amatir tentu saat ini lebih kepada analisa dan evaluasi kinerja petahana (incumbent).   Menurut hemat awak Musuh Besar Ahok itu bukan lawan politiknya di Pilkada itu sendiri, tetapi Musuh Ahok ada dalam dirinya sendiri.

Ya Musuh Ahok adalah si "Tapi".  makna hakiki dari "Tapi" muncul ketika diskusi tentang kepemimpinan Ahok.   Selalu saja muncul kata "tapi" setelah kalimat " Ahok sih bagus,..tapi,..... atau Ahok sih tegas,..tapi....

Nah itulah pekerjaan rumah Ahok dan Teman Ahok serta para pendukung, pengikut dan penganutnya. Bagaimana cara ilmiah dan tepat untuk mengurangi "tapi tapi "itu.  Tidak usyahlah awak deskripsi kan apa rincian "tapi tapi " nya Ahok, semua warga sudah tahu.  Artinya Ahok harus introspeksi  diri.  Tujuannya tidak lain adalah meng eliminasi "tapi" guna mendulang simpati.

Bisa jadi "tapi tapi" tanggapan warga itu baik dan bagus dari sisi Ahok, namun kalau masih saja ada " tapi " tentu ada sesutau nan kurang elok di hati sebagian warga Jakarta.   Waktu berjalan terus,  hati orang siapa tahu.   Dalam dunia politik massa sesungguhnya  persepsi yang berkembang di masyarakat sangat kuat sekali pengaruhnya atas pemihakan.

Bersama teman Ahok jalur independent merupakan pilihan  pada Pilkada DKI. Di satu pihak ada ujian berat atas keberadaan parpol seandainya di kalahkan oleh jalur Independent. Di pihak lain ada Parpol yang nampaknyan tidak peduli. Awak yakin politisi parpol tentu tidak mau kewibawan parpol tercundangi di Jakarta. Pilihannya hanya ada dua, parpol mendukung Ahok atau mencari kandidat terkuat yang akan di ajukan melawan Ahok.

Point yang ingin awak sampaikan disini adalah bahwa dengan  melalui jalur independent Ahok cs akan  menempuh jalan terjal berkerikil.  Banyak tantangan di depan dalam bentuk tikungan tajam di bawahnya jurang.   Diperlukan kendaraan yang super hebat, kuat   dan canggih sehingga mampu melewati segala macam aral melintang itu sehingga selamat sampai di tujuan.   Ahok harus bekerja keras, sedikit saja terpeleset akan menjadi sasaran empuk oleh para pelawan.  Paling bijak adalah menarik simpati pelawan, apakah itu warga atau provokator pilkada.  Simplenya hilangkan "tapi tapi " itu, sederhana bukan ?

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun