Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih ada Pengantar Koran

8 April 2015   22:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:21 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428504893462473346

[caption id="attachment_359828" align="aligncenter" width="448" caption="Pengantar Koran [dok TD"]"][/caption]

Pak Wagiman seorang pengantar koran. Langganan harian Republika diantar setiap hari sekitar pukul 07.00. Beliau membawa 80 koran mulai berangkat pukul 04.00. Mengitari kawasan Keramatjati, Kampung Rambutan, Kelurahan Dukuh Jaktim.

Mengedarai sepeda motor pria asal Purworejo ini telah puluhan tahun berprofis sebagai pengantar koran  Sejak maraknya media online Pak Wagiman merasakan pelanggan koran menurun.  Itulah hukum alam, teknologi melibas berbagai profesi anak manusia.  Pelibasan itu tak terhindarkan karena dun ia semakin modern, pekerjaan manusia mulai digantikan oleh robot.

Alasan keluarga kami tetap berlangganan koran tentu ada maksudnya.  Anak anak sudah terbiasa membaca sebagai budaya keluarga yang turun menurun.  Walaupun mereka masing masing telah memiliki handphone atau laptop namun koran tetap menjadi pilihan untama untuk mengikuti perkembangan berita.  Koran lebih awet dibaca apalgi kertas ini tidak bergantung kepada listrik.  Ketika listrik , koran tetap setia menemani anak manusia.

Langganan koran sebulan 90.000 rupiah.  Pak Wagiman mengantar koran hanya sampai pukul 08.00.  Setelah itu Bapak dua orang anak ini bekerja di salah satu pabrik di kawasan kramat jati. " Kalau hanya mengandalkan penghasilan dari mengantar koran, tidak cukup pak"  demikian Pak Koran ini menyampaikan isi hati. " Apalagi sekarang semua harga barang naik, keluarga kami harus berjibaku mengatur pengeluaran agar bisa tetap hidup" Pak Wagiman menambahkan keluhannya.

Paling tidak kehadiran pengantar koran masih teurs diharapkan di depan rumah.  30 kali sebulan meletakkan koran di depan setiap rumah pelanggan.  Selalu tepat waktu walaupun hujan menghantam.  Koran di bungkus dengan plastik kemudian dilemparkan kedalam rumah.  membaca koran rasanya lebih asyiek, selain bisa membaca artikel lebih lengkap banyak informasi aktual lainnya yangg bisa didapat lembar demi lembaran kertas coklat ini.

Biarlah media online bergerak sesuai arahnya, koran tidak akan mati.  masih banyak warga yang lebih suka membaca koran.  Disana didapatkan editorial yang di asuh oleh pemimpin redaksi senior.  Banyak tulisan berkualitas dari para pakar sesuai bidang ahlinya.  Yes membaca koran seperti melipat dunia.  Dunia ada dalam genmggaman.  Koran tepa setia dikala sibuk dan senggang.

Dan Pak Wagiman dan seluruh pengantar koran di dunia tetap mendapat penghasilan plus pahala karena telah menyampaikan ilmu pengetahuan beragam berita.

Salam salaman

TD

Kahadiran saya di depan rumah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun