Ilustrasi Media.com
Reaksi masyarakat dari segala lapisan terkait kebijakan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung mulai menggema di mana mana. Satu pertanyaan sederhana namun sulit di jawab adalah, Apakah Jokowi akan mempertaruhkan segalanya hanya sekedar Kereta Api Cepat Produk China. Baru menjabat setahun lebih ada baiknya Pak Jo0kowi berhati hati. Ketika saya menyaksikan sendiri sambutan beliau di hadapan 100 kompasianer akhir tahun 2015, timbul satu keyakinan bahwa Presiden Jokowi benar tulus ikhlas membangun Indonesia Raya.
Ada kesan itu dari kerja keras tanpa memandang waktu. Namun terkait yang satu ini dari hati nurani nan paling dalam saya sudah sedikit meragukan, apakah kebijakan itu murni kehendak hati nurani Pak Joko Widodo.  Saya bukanlah ahli ekonomi, tetapi instituisi saya mengatakan bahwa pengadaan KA cepat Bandung Jakarta bukanlah Prioritas Utama pada pembangunan infra struktur tanah air. Masih banyak lagi prioritas pembangunan jalan yang wajib di tuntaskan menghubungkan setiap Propinsi dengan ruas jalan tol sebagaimana yang telah dimulai Pak Jokowi.
Logika sederhana berangkat dari pertimbangan bahwa jalur jalan raya Jakarta Bandung melalui jalan Tol Cipularang sudah cukup memadai dalam waktu tempu kurang dari 150 menit. Sementara warga masih merasa nyaman dengan jalur KA yang sudah ada. Tidak ada yang harus di kejar dan di buru buru ke Bandung atau sebaliknya ke Jakarta. Logika itu semakin menguatkan bahwa dana 70 Triliyun untuk membangun Jalan KA Cepat serta pengadaan KA sendiri sungguh sangat besar manfaatnya apabila digunakan untuk membangun ruas tol di seantero nusantara.
Its oke kalaupun dana itu tidak berasal dari APBN, namun pada saatnya hutang adalah hutang dan yang menjadi jaminannya adalah NKRI ketika di bawah kepemimpinan Jokowi. Cerita ini semakin panjang dan akan mencatat sejarah bahwa karena ingin gengsi tidak mau tertinggal moda tranportasi modern kita mengorbankan sesuatu yang sebenarnya bisa di hindari.
Oleh karena itu penolakan masyarakat bukan karena tidak suka kepada Pak Jokowi, tetapi tolong keputusan itu di pertimbangkan kembali. Pertimbangan yang paling masuk akal adalah membangun KA Cepat Jakarta Bandung pada periode kepemimpinan Bapak yang kedua nanti 4 tahun lagi. Inilah jaminan logis yang Pak Jokowi dapatkan seandainya keberhasilan pembangunan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia bisa di tuntaskan pada periode pertama.
Mengapa saya menampilkan ilustrasi Patih Gajah Mada pada tulisan ini. Tentu ada dasarnya. Kita diingat sejarah karena kehebatan dan kejelekkan. Justru yang dilakukan sekarang akan menjadi sejarah abadi dimasa mendatang. Semua warga negara Indonesia ingin di kenang sebagai pendobrak kemapanan dan pencetus kemajuan. Namun jangan di salah di artikan bahwa kebijakan KA Super Cepat adalah suatu kebijakan yang membahagiakan rakyat.
Lebih baik menunda dari pada menjadi mimpi buruk dari hari ke hari , so pasti akan menganggu kosentrasi Pak Presiden. Mengapa harus mepertaruhkan kewibawaan hanya karena sekedar KA Cepat. Masih banyak pekerjaan prioritas lain yang bisa dilakukan dalam bentuk upaya upaya langsung mensejahterakan rakyat. Itu saja Pak Jokowi, seperti yang saya dengar langsung "tidak ada yang bisa menekan dan mengatur ngatur saya"
Salamsalaman
TD
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI