Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Man(usia) Behind The Gun

18 Desember 2012   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:24 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia itu sejatinya diberi takaran umur.  Semakin lama dia hidup didunia maka semakin banyak pengalaman hidup yang dialaminya.  Semakin banyak benda benda yang ditemukannya semakin paham pula cara dia menggunakan alat peralatan tersebut. Sesungguhnya salah satu benda yang berbahaya bagi diri seseorang dan bagi diri orang lain adalah senjata. Senjata itu ada yang berapi dinamakan senjata api dan senjata yang tak berapi sejenis keris, golok, pisau dan pentungan.  Dikelompok senjata api jenisnya sangat beragam dari yang sangat kecil sederhana seperti senapan angin sampai yang super besar diberi label meriam atawa  bazoka.

Baiklah tuan tuan, sejujurnya di dalam senjata itu bermukim mahluk yang bernama syaitan.  Senjata itu menjadi berbahaya bila dipertemukan dengan pemegangnya yang memiliki syetan juga, jadi bila kedua makhluk itu berkolaborasi maka dapat dipastikan senjata itu menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri  dan bisa jadi menghilangkan nyawa orang lain.  Orang londo mengatakan man behind the gun.  Senjata itu bergantung kepada pemiliknya. Senajta api itu berhawa panas seperti juga syetan yang berasal dari api, selalu menggoda pemiliknya untuk diletuskan.

Negara negara yang membebaskan warganya memiliki senjata api, kini menuai akibatnya.  Senjata diperjual belikan bebas seperti alat olahraga tanpa pengawasan yang ketat dari aparat keamanan.  Di kediaman warga selalu tersedia senjata apai.   Anak anak melihat Ibu Bapanya menyimpan senjata api. Nah inilah awal mulanya sesuatu yang dapat dipastikan akan menimbulkkan masalah kekisruhan dalam keamanan.  Dalihnya agar warga bisa menjaga dirinya, warga bisa mempertahankan diri dari ganggunan kemananan,  Inilah alasan dungu atau kebijakan keliru.

Yes, Indonesia agak lumayanlah dalam pengawasan senjata api ini.  Negara melarang warga sipil memiliki senjata api.  Kalaupun ada warga negara Indonesia yang berkeinginan memiliki senjata api, maka ada persyaratan ketat yang harus dipenuhi.  Namun sayangnya terkadang oknum oknum tertentu mempermudah proses izin ini sehingga masih saja terjadi ancam mengancam dengan menodongkan pistol diantara warga.  Kalau masih ada yang mau memiliki senjata secara syah, silahkan menjadi aparat keamanan atau jadi anggota organisasi pemburu (khewan).

Nah ada senjata yang tak berapi tetapi bisa mencelakakan orang lain.  Senjata tajam namanya.  Perlu juga diatur secara tegas kepada setiap warga negara agar tidak membawa senjata tajam dalam kegiatannya sehari hari.  Terkadang warga membela, senjata itu adalah kelengkapan diri yang wajib dibawa, karena dia merasa terancam karena kemananan negeri tidak bisa menjamin keselamatannya.  Perlu dilakukan razia razia senjata tajam secara rutin ditempat tempat rawan oleh aparat keamanan untuk menjamin bahwa kemanan aman terkendali. Preman menjadi pede kalau bersenjata itu saja alasan razia.

Yes, usia berbanding lurus dengan senjata.  Anak anak sejak dini harus diberi pengertian akan fungsi suatu senjata.  Anak anak harus dijauhkan dengan senjata.  Anak anak harus dilindungi dari akibat buruk penyalahgunaan senjata baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolahnya.  Inilah tanggung jawab bersama dan kita bersyukur di negara ini tidak terjadi penembakan berondong yang dialami oleh anak anak sekolah.  Semoga bangsa ini bisa belajar dari pengalaman negara asing yang mempunyai kebijakan dungu (kebablasan) tentang kepemilikan senjata api.

salam salaman

Behape, 19 Desember 2012

PenasaranpenakawanpenasehaT

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun