Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika kosa kata "Oknum" Dilupakan Pak Saut Situmorang

10 Mei 2016   17:43 Diperbarui: 10 Mei 2016   18:43 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dosen Methodelogi Penelitian berulang kali mengingatkan mahasiswa agar jangan sembarangan men generalisir  hasil penelitian. Itulah hukum yang wajib di patuhi oleh siapapun yang sedang membuat skripsi, thesis apalagi disertasi jangan menganggap hasil penelitiannya disamaakna untuk komunitas yang lebih besar.  Apalagi kalau sampel yang digunakan tidak mewakili semua komponen atau objek penelitian.

Contoh sederhana di uraikan Dosen terkait bahaya men generalisir. Ketika seorang peneliti muda ingin mengetahui bagaimana ciri ciri orang Indonesia maka dia melakukan penelitian deskriptif. Sample yang diambil tidak mewakili seluruh suku di Nusantara. Sample yang diambil hanya suku minang misalnya.  Maka jadilah penelitiannya berkesimpulan bahwa semua orang Indonesia pandai masak rendang.  

(out of box) Sebaliknya apabila peneliti muda itu  menyimpulkan bahwa semua orang Indonesia suka makan rendang tentu saya yang pertama berani mempertanggung jawabkan dan mendukung sepenuhnya bahwa fakta itu benar.

Sekarang mari kita lihat korban men generalisir, Pendapat penyamaratakan tabiat bin kelakuan satu anggota menjadi tabiat komunitas sungguh satu kesalahan fatal. Beliau adalah salah seorang Wakil Ketua KPK.  Akibat men generalsir bahwa Alumni HMI koruptor maka badai protes membahana, sampai sampai timbul demonstrasi di gedung KPK.

Kenapa beliau lupa dengan pesan pak dosen. Gunakanlah kata Oknum. Tidak boleh sembarangan menyama ratakan sesuatu peristiwa arau orang pada kejadian faktual.   Pasti banyak orang, komunitas dan institusi yang merasa terganggu kredibilitas karena menyangkut pelecehan nama baik.   Oleh karena itu harus hati hati ketika menggunakan  pernyataan yang men generalisir satu perbuatan jahat.

Memang benar juga dalam semua profesi pasti ada anggota nakal.  Itulah hukum alam, inilah yang di sebut sebagai mal praktek.  Bukan saja di dunia kedokteran terjadi mal praktek tetapi  di semua profesi selalu ada oknum yang melanggar kode etik professi.  oknum itu bisa jadi dari kalangan pengacara, aparat hukum atau juga komunitas kompasianer 

Point yang ingin saya sampaikan disini adalah agar para pejabat publik berhati hati ketika mengeluarkan pendapat atau pernyataan.  Pernyataan yang mengeneralisir satu perbuatan pasti akan menyinggung kewibawan institusi, profesi atau komunitas. Gunakanlah kata sakti OKNUM maka anda akan terhindar dari hujatan .  

Untunglah akhirnya Pak Saut Situmorang menyadari kesalahan.  Beliau meminta maaf kepada komunitas HMI.  Inilah pelajaran berharga dari pesan nenek moyang yang sering kita lupakan : Mulutmu harimau mu.

Salamsalaman

TD

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun