Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Pernah Berhenti Menulis di Titik Koma

2 Oktober 2016   20:33 Diperbarui: 3 Oktober 2016   09:32 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar:www.rboaa.org

Menulis Tanda Ada Kehidupan

Menulis adalah tanda hidup di masa kehidupan dunia fana.  Itu bagi saya entah bagi anda para pembaca terhormat.  Sebenarnya tanda hidup itu bukan sekedar menulis, namun nampaknya menulis sudah menjadi bagian kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari hari.  Pekerjaan menulis kalau boleh dikatakan satu pekerjaan yang tertulis di kartu tanda penduduk tentu menghasilkan uang.  

Ada uang di pekerjaan menulis.  tetapi uang bukanlah segalanya, justru apresiasi dari pembaca sudah merupakan satu kebahagiaan yang melebihi materi dunia lainnya. Apresiasi pembaca itulah yang dikatakan ruh ketika tulisan   di kirim ke media sosial.  Apabila selama ini berlaku hukum menulis itu untuk rahasia pribadi atau buku harian yang hanya di baca untuk diri sendiri, kini semua sudah berubah.  Terutama berubah dalam pemikiran dan pandangan setelah merasakan betapa menulis itu menggairahkan ketika karya anda di lirik pembaca.

Kenapa bisa menulis setiap hari.  tentu ada motivasi terkandung didalamnya.  Menghasilkan karya tulis dalam hitungan harian adalah pekerjaan menyenangkan bagi kesehatan jiwa raga.  Soal materi / bahan mentah yang katanya harus didahului oleh inspirasi ternyata tak berlaku bagi penulis yang sudah merasakan bahwa pekerjaan menulis sebagai kebutuhan. Inspirasi itu dicari bukan ditunggu seperti mengharapkan suatu khayalan.

Menulis pada hematnya bisa berbentuk opini, reportase dan fiksi.  Semua jenis tulisan ini memiliki tantangan tersendiri dalam proses menulis.  Menulis opini mudah mudah gampang dengan syarat utama harus sesuai dengan kondisi mutakhir.  Artinya ketika dunia politik nasional sedang digaungkan arena Pilkada maka silahkan tulis  pernik pernik yang berkaitan dengan calon, visi misi  dalam corak  segala kegerahannya. Selain itu opini wajib hukumnya di  create  dalam objektivitas komprehensif, karena di sana terkandung tanggung jawab.  Ituah sebabnya motto menulis selalu mempedomani tiga serangkai penasehat, penakawan dan penasaran.

Menulis reportase lebih mudah dibanding opini.  Syarat utama tulisan berupa liputan atau laporan kegiatan riel atau nyata yang penulis dawamkan.  Ada baiknya reportase di sertakan dokumentasi foto sebagai bukti bin alibi bahwa tulisan itu memang benar dan betul terjadi.  Kata pakar,  menulis reportase, jangan lupakan 5 W 1 H.  Dimana kegiatan itu dilaksanakan, siapa penyelenggara, kapan dan lain sebagainya sehingga pembaca paham bahwa liputan itu gres faktual.

Fikksi sesuai suasana hati.  Menulis puisi itu sangat mudah ketika inspirasi nan menggumpal di angan tersalurkan dengan sempurna.  Dalam waktu hitungan menit puisi tercipta tanpa harus mencari kosa kata nan tepat.  Kenapa bisa begitu  ?  karena sesungguhnya puisi bernas adalah pusi yang tidak perlu di edit.  Puisi yang keluar dari curahan hati adalah bentuk ke sejati an  kata hati sang penulis.

Titik Koma

Titik dan koma hanyalah sebuah tanda.   Tak terbantahkan terkadang seorang penulis kehilangkan kata ketika sedang menulis.  Dia berhenti di satu kalimat.  Sepertinya kehilangan lanjutan kata demi kata apalagi yang akan di torehkan. Bisa juga dia terhenti di tanda koma, sekali lagi kehabisan perbendaharaan kata.  Ada juga penulis terhenti di satu titik, tidak mampu melanjutkan karyanya padahal baru menulis 2-3 paragraf.

tdmenulkisjpeg-57f18cdc6f7e6129072605d7.jpg
tdmenulkisjpeg-57f18cdc6f7e6129072605d7.jpg
Ketika mengalami stagnan dalam proses menulis misalnya kehilangan kata, saya segera meninggalkan paragraf itu dan beralih ke paragraf baru.  Artinya jangan berlama lama dalam , segera tulis apa yang ada di benak.  Teruslah menulis, nanti kebuntuan pada paragraf yang ditinggalkan dengan  sendirinya terurai.  Ini salah satu kiat saja ketika blank dalam melanjutkan tulisan.  Atau paling tidak beranjak sejenak mencari referensi relevan baik dari buku maupun dari media pencari informasi  guna melengkapi materi tulisan. 

Kekuatan niat menulis bermuara pada motivasi berbagi kepada sesama.  Berbagi semata mengharapkan Redha Allah SWT bisa dilaksanakan dalam suasana hati tulus ikhlas.  Ketika berhadapan dengan Laptop atau Personal Computer tekadkan diri menyelesaikan tulisan sampai tuntas.  Kebuntuan dan hambatan lain tentu di temu kan selama proses menulis namun semua kendala bisa diatasi berdasarkan niat  kuat  semata ingin berbagi kebaikan untuk pembaca.  Artinya jangan tinggalkan bahkan matikan komputer sebelum anda mengirim karya tulis itu ke media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun