Pemilihan Kepala Daerah Jakarta putaran kedua akan di selenggarakan pada Tanggal 19 April 2017.  Hanya tersisa 60 hari dua pasangan calon yang masuk  ke babak final bergegas menyusun strategi pemenangan. Inilah pertarungan head to head antara dua kubu dengan resiko kalau tidak menang ya kalah. Tidak ada lagi putaran lanjutan kecuali pihak yang kalah maju ke Mahkamah Konstitusi.  Mau apa lagi kalau tidak menggunakan  senjata terakhir yaitu menggugat Ke MK apabila ditemukan dan ada bukti kecurangan dalam proses pilkada.
Perbedaan perolehan suara diangap seimbang dan tidak terlalu jomplang menyebabkan dua kubu berupaya menarik simpati suara warga yang memilih AHY Silvy. Â Angka 16 Â persen menjadi rebutan karena itulah angka real yang dapat dipastikan mencoblos ulang di putaran kedua. Â Dapat dipastikan mereka tetap mencoblos walaupun jagoannya kalah. Â Hal ini bisa terjadi ketika AHY telah menentukan sikap kemana dukungan beliau akan di arahkan.
Awak jadi teringat dengan sosok Boy Sadikin. Â Politikus senior putra mantan Gubernur Ali Sadikin di saat injury time berpindah arah mendukung Anies Sandiaga. Â Malah Pak Boy berkenan menjadi juru kampanye turun langsung kelapangan untuk mendulang tambahan suara. Â Akankah AHY akan bertindak yang sama ketika Beliau bersedia menjadi Juru kampanye dari Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Kita tunggu saja berita baik bagi satu golongan dan merupakan kurang menguntungkan bagi golongan lain.
Opini ini  hanya berandai andai saja jangan dianggap terlalu serius.  Namun menjadi fakta tidak terbantahkan bahwa kekuatan AHY sebagai pemula di dunia politik cukup siqnifikan. AHY mampu memperoleh simpati warga dalam kapasitasnya sebagai seorang pemuda yang cepat belajar dalam waktu hanya 4 bulan melawan  politikus senior.  Sikap tegas dan lugas  tampak ketika AHY secara ksatria mengakui keunggulan paslon lain melalui pidato politik yang cukup menggugah.  Masih panjang perjalanan  anak muda ini (yang memutuskan terjun ke dunia politik) karena sesungguhnya  bukan sekedar berbekal anak seorang mantan presiden.
Menurut hemat awak lebih awal AHY menentukan sikap maka semakin mudah kita menerka siapa pemenang putaran ke - 2 Pilkada Jakarta.  Tentu saja komunikasi intens perlu dibangun oleh ke 2 pihak agar sinerji itu terbangun dalam visi dan misi yang sama.  Tanpa mengabaikan peran parpol pendukung yang bisa saja gamang kemudian membawa pasukannya ke paslon yang lain awak tetap  percaya sosok AHY sebagai pembaharu di dunia politik nasional tetap mampu mengarahkan seluruh pendukungnya.
Jakarta sebagai barometer politik nasional menjadi ukuran kesuksesan parpol dalam mengarahkan kader. Â Awak tidak begitu melihat geliat parpol pendukung dalam putaran pertama pilkada jakarta. Â Mungkin hanya Gerindra dan PKS yang total mengarahkan kader bekerja dan bergerak bersatu melakukan kampanye sistematis sehingga terlihat hasil yang cukup memuaskan. Â Kita tunggu saja kemana arah politik nasional bergerak. Â Waktu 60 hari kedepan akan menjadi semakin hangat dengan turun gunung nya tokoh tokoh nasional ke kancah pilkada jakarta.
Keberpihakan dan kenetralan adalah dua kosa kata yang tidak bisa diartikan memiliki makna yang serupa.  Dalam kapasitas sebagai pejabat negara seorang birokrat laiknya harus netral sebagaimana sikap Pak Jokowi Presiden kita.  Namun dalam kapasitas sebagai warga yang mempunyai hal pilih tentu hanya beliau dan Tuhan Yang Maha Kuasa paham kemana pilihan di jatuhkan.  Inilah makna hakiki Luber pada setiap pemilihan kepala daerah dimanapun.  Netral sebagai pejabat dalam membuat kebijakan dalam artian tidak berpihak.  Kemudian para pejabat itu tentu  tidak dilarang berpihak kepada jagoannya ketika menggunakan hak pilih di  ruang pencoblosan
Point yang ingin awak sampaikan disini adalah bahwa AHY saat ini menjadi sosok yang diperebutkan. Â Sangat sulit meningkatkan angka kepersertaan warga dalam pilkada walaupun pilkada dinayatakan sebagai hari libur. Â Selain itu perlu strategi khusus untuk menggoda golput untuk turun tangan di pilkada. Â Awak yakin AHY sebagai calon Pemimpin Bangsa sadar atas perannya dalam menentukan kemana Negara Kesatuan Republik Indonesia ini akan diarahkan apakah akan tetap sesuai Pancasila dan UUD 45 atau ada pemikiran lain siapa tahu. Â Paling tidak kedua pasangan calon harus berupaya agar perolehan suara yang telah di terima bisa tetap dipertahankan jangan sampai dukungan berubah arah. Â Kemudian setelah itu baru berupaya membangun komunikasi aktif dalam rangka mengajak AHY menjadi Juru kampanye.
Salamsalaman
TD
Â