Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Begini Rasanya Ketika Buku Terregister di Catalogue National Library Of Australia

18 Juli 2014   13:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:00 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_315848" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber : http://catalogue.nla.gov.au/Record/6423450"][/caption]

Secara tidak sengaja ketika berselancar di google awak menemukan sesuatu yang mengejutkan di Link National Library Of Australia http://catalogue.nla.gov.au/Record/6423450 .  Entah bagaimana jalannya  sehingga buku awak bertajuk Prabowo Presidenku sampai di Perpustakaan Nasional Australia. Ada sedikit rasa bangga sejenak ketika menyaksikan buku tersebut ter register dan bertengger di katalog perpustakaan negeri seberang.

Namun rasa jumawa itu segera melayang jauh dan tiba tiba mendarat di ungkapan satrawan termulia Buya Hamka.  Penulis novel laris ini pernah menasehati para penulis muda pada suatu kesempatan  Ungkapan Beliau begini : Biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri.  Biarlah karyamu itu mengikuti takdirnya. Menulislah terus tanpa henti, jangan pikirkan tulisanmu itu kemana dia akan berlabuh. Inilah pembuktian sejarah bahwa apa yang diucapkan Buya Hamka benar adanya.

Pesan Buya Hamka awak ingat terus ketika memulai merambah dunia tulis menulis.  Empat  tahun lalu awak berhenti bekerja.  Diberhentikan dengan hormat tahun 2010 sehubungan telah memasuki usia 58 tahun.  Profesi sebagai anggota Polri selama 30 tahun terus menerus tanpa henti ada batasnya.  Nah masalahnya  bagaimana menghabiskan waktu luang yang begitu longgar.  Alhamdulillah awak ditakdirkan berkenalan dengan sosial media. Mulailah coba coba belajar menulis  artikel pendek.  Artikel itu mendapatkan ruh ketika mendapat tanggapan dari pembaca.

Ternyata nikmat menulis luar biasa, Tuan.  Tanpa terasa awak telah terserang satu penyakit yang di diagnosa oleh publik dengan sebutan writting addict. Kecanduan menulis itulah penyakit aneh menyerang seorang pensiunan.  Terpaksa atau memaksa diri menulis setiap hari satu artikel.  Tulisan itu  bisa jadi  berbentuk opini, reportase kegiatan keseharian sebagai citizen jurnalis atau menorehkan puisi ketika hati tersentuh rindu.

Setelah setahun berjalan di dunia jurnalis tanpa terasa jumlah artikel itu sudah cukup banyak.  Timbul keinginan keras untuk menjilid karya  tersebut.  Awak tidak berani mengatakannya sebagai sebuah buku, karena tulisan tulisan itu sangat beragam.  Namun teman teman sesama penulis memberikan semangat, "Ayo terbitkan buku "  Buku adalah dokumen abadi sebagai alibi kehadiran seorang anak manusia di muka bumi. ", demikian ujar seorang sobat tanpa henti hentinya menyemangati penulis gaek..

Tanpa berharap banyak buku itu laris di pasaran, awak mengirimkan naskah kesalah satu penerbit di Jogyakarta.  Menerbitkan buku indie istilahnya.  Buku pertama itu berjudul : Bukan Orang Terkenal.  Inilah karya seorang amatiran,  buku yang lebih banyak bertutur tentang kehidupan pribadi dan keluarga besar kami di Tempino Jambi.  Memilih judul buku Bukan Orang Terkenal sepertinya  menghakimi diri seperti kata orang minang berceloteh, apalah awak ini.  Siapa yang kenal dengan manusia bernama Thamrin Dahlan selain Istri tercinta dan anak anak serta keluarga dekat serta orang se RT.

[caption id="attachment_315847" align="aligncenter" width="494" caption="(dok pribadi /td)"]

14056366041673568790
14056366041673568790
[/caption]

Luar biasa semangat menjilid buku itu bertalu talu.  Buku ke 2 terbit yang semuanya berisikan curahan hati berupa puisi. Buku di beri tajuk " Hadiah Terindah" sebagai ungkapan hati nan paling dalam terhadap suasana kehidupan keseharian di lingkungan terdekat.  Buku ke 3 dan ke 4 bersamaan terbit yang berisi tentang pengalaman sebagai seorang abdi negara.  Buku diberi judul Catatan Harian Seorang Purnawirawan Polri. Buku ke 5 bertajuk Celoteh Kompasianer Tede" yang memuat pengalaman menulis di sosial media dengan segala suka duka.

Buku ke enam berjudul Prabowo Presidenku.  Buku bergenre politik sebagai konsekusi warga negara yang ingin memberikan kontribusi politik dengan kendaraan Partai Gerindra.  Entah bagaiman ceritanya buku ini sampai juga di Benua Australia.  Terdaftar di Perpustakaan Nasional Australia.  Awak kembali teringat ungkapan Buya Hamka : Biarlah tulisamu itu membela dirinya sendiri,.....

Penesehat, Penakawan, Penasaran

Salam salaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun