Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apresiasi Kepada Bapak Hatta Rajasa, Wong Kito Galo Naek Panggong Nasional

2 Juni 2014   15:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13707366441634637309

Artikel ini ditulis ketika Bapak Taufik Kiemas Wafat, sebagai apresiasi atas sosok wong kito galo tempat awak dilahirkan dan dibesarkan Pertama disampaikan belasungkawa atas wafatnya salah satu putra bangsa Bapak Taufiek Kiemas.  Teriring doa semoga arwah Almarhum di berada di sisi Allah SWT dan diampuni segala dosanya serta di terima alam ibadah, Amin Ya Rabbal alamin.    Beliau adalah salah satu wong kito (istilah populer untuk orang sumatera selatan) yang naik panggung nasional.  Saat ini ada 2 sosok wong kito yang menduduki posisi strategis bidang politik   negeri ini.  Bapak Marzuki Alie sebagai Ketua DPR RI dan Bapak Hatta Radjasa Menteri Koordinator Ekonomi dan Industri.  Disamping itu masih banyak wong kito yang berhasil dalam kiprahnya  di sektor hukum, pendidikan dan bisnis serta sektor kehidupan lainnya. Wong kito memang hebat.  Karakter keras melekat pada anak anak kelahiran Sumatera Selatan.  Sebenarnya bukan sikap keras sembarangan tetapi lebih kepada sikap berani.  Awak 10 tahun bermukim di kota empek empek.  Sobat sobat teman kuliah datang dari berbagai dusun.  Penampilan mereka sederhana, namun watak pemberani itu kentara sekali ketika berbicara dan bertindak.  Selalu ingin tampil kedepan, persoalan benar atau tidak menjadi urusan belakang.  Apabila ada dosen yang mengajukan pertanyaan di kelas, berhamburan tunjuk tangan mengacung ke langit, mereka wong kito galo berebutan ingin menjawab.  Ya apa lagi kalau bukan ingin dikenal dosen.  Kemauan keras ingin tampak lebih pintar adalah  buah dari keberanian itu. Wong kito memang luar biasa.  Mungkin adat istiadat yang membuat mereka selalu dibekali dengan pisau belati di pinggangnya.  Nenek moyang menganjurkan agar selalu membawa senjata, karena di dusun dusun zaman dahulu kala banyak berkeliaran binatang buas.  Jadi sobat jangan takut tawa curiga dulu, senjata tajam (sajam) itu hanya digunakan untuk membela diri dari serangan khewan khewan liar.  Sajam digunakan juga sebagai alat untuk memetik hasil bumi di rimba belantara dengan cara mengrasuk kesemak belukar.

WONG KITO DI PANGGUNG NASIONAL (tempo.com)

Lucunya kebiasaan nenek moyang itu sampai sekarang masih saja lekat abadi pada  anak cucu wong kito.  Sampai sampai main bola sepakpun, pisau belati masih saja di bawa bawa berlari lari mengejar bola.  Untung saja mereka tidak sampai ketingkat bola dunia, bisa bisa wasit italia yang terkenal itu  meng sweeping alat peralatan yang dilarang di bawa ketengah lapangan hujau.  Pasalnya wasit  takut alat itu membahayakan diri sendir bila terjatuh dalam mengolah bola.  Atau dikuatirkan belati itu disalah-gunakan ketika terjadi takle mentakle yang merusak suasan permaianan. Satu hal yang agak mengkuatirkan dari sikap super berani itu adalah ketika pemuda sumsel mengatakan : “kutusuk kau,…”  maka serta merta belati itu sudah sampai di perut lawan. Itulah uniknya saudara saudaraku wong kito.  Wajar saja bila dengan keberanian tampilnya itu  wong kito bisa tampil di panggung nasional.  Bercita cita menjadi pejabat di pulau jawa.  Di perantauan bersaing  dengan komunitas lainnya adalah perjuangan berat bagi komunitas wong kito galo.  Namun semua kendala dan hambatan bisa diterjang dengan keberanian tampil disertai bekal ilmu pengetahuan yang lumayan.  Keberhasilan di perantauan setelah menyeberangi selat sunda adalah tantangan.  Sekali merantau pantang balek kalo idak berhasel. Mungkin bermodal motto wong kito itu ketika mengploklamirkan diri merantau ke jawa.   Oleh karena itu jangan pikirkan banget ketika mendengar (keberanian) Bapak Marzuki Alie berbicara, sehingga terkadang omongannya selalu diplesetkan oleh wartawan,..hahahahaha Kontribusi wong kito di peringkat nasional pada bidang non pemerintahan boleh juga diperhitungkan.  Paling tidak kesebelasan Sriwijaya telah berkali kali menjadi kampiun pesebakbolaan nasional.  Mengagumkan wong kito berani sekali lagi berani menjadi tuan rumah Sea Games adalah prestasi.  Tidak banyak propinsi di negeri ini yang berani mengajukan diri menjadi tuan rumah untuk event event skala internasional.  Promosi wisata alam dan wisata kuliner terus dikembangkan.  Ikon mpek mpek sudah sangat terkenal di nusantara.  Coba saja anda jalann jalan ke seluruh pelosok, pastikan anda melihat restoran yang menyajikan makan khas palembang yang bernama mpek mpek itu mendampingi kuliner tetangganya yang leih populer masakan padang. Yes salut untuk wong kito galo.  Teruslah berkiprah di ranah nasional sebagai bukti kedigjayaan Kerajaan Sriwijaya.  Kerajaan kuno yang mempunyai catatan emas di negeri ini, berjaya di tanah air menguasai daratan jawa dan sekitarnya bahkan sampai di semanjung melayu. Kontribusi Pesawat Terbang Sriwijaya merupakan penerus bagian dari penguasaan transportasi nasional.  Disamping itu hasil bumi tambang dan kekayaan alam lainnya yang merupakan peringkat ke 4 nasioanl patut digali untuk sebesar besarnya kesejaheteraan waong kito galo. Hanya saja pertikaian antar kampong di Sumsel dengan karakter keberanian wong kito itu sering membuat keamanan dan ketertiban agak terganggu.  Itulah peran dari tokoh masyarakat, dan tokoh agama yang di komandoi Gubernur baru agar negeri wong kito dapat mewujudkan kondisi aman sejahtera setelah program sekolah dan pengobatan gratis.. Inilah Saat nya Putra Sriwijaya Hatta Rajasa menjadi RI-2 Wakil Presiden , mendampingi Bapak Prabowo Subianto Presiden RI 2014 - 2019. Mari kita dukung sepenuhnya, Ayo Wong kito galo begerak mula-i Propinsi Sumsel, Jambi, Bengkulu, Lampung dan Bangka Blitung serta saudara saudara di atas Sumbagsel : Riau, Sumbar, Kepri, Sumut dan Aceh Darussalam. Salam salaman PenasehatpenakawanpenasaraN [TD]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun