Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Kasih Jurnalis

24 Desember 2022   05:52 Diperbarui: 24 Desember 2022   06:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang pernah merasakan derita pilih kasih.  Bahkan Presiden pun demikian.  Tanyalah ke Beliau bagaimana perasaan ketika pada pertemuan antara negara. Bisa saja karena tidak di salam i dianggap beta tidak pedulikan.

Nah kalau orang besar setingkat Kepala Negara saja mengalami derita pilih kasih.  Bagaimana pula awak rakyat biasa ini.   Tentu saja bentuk pilih kasih itu lebih banyak terjadi di pergaulan dunia nyata .  Walaupun di dunia maya  ada juga tetapi sedikit, kawan.

Pengalaman sebagai penulis 12 tahun lebih menyiratkan peristiwa demi peristiwa pilih kasih.  Siapa yang berbuat tidak adil itu Tuan?. Bukan anda pastinya pembaca terbaik.  Justru tindakan diskriminasi itu dilakukan oleh oknum merasa berkuasa.

Alasan beragam kenapa pilih kasih.  Anda sudah tahu para penguasa itu terkadang memang kelewatan.  Kelewatan dalam artian suka tidak menganggap kini sebagai anak baru.  Anda tahu sendiri istilah anak baru dikalangan kehidupan jurnalistik.

Awak merasakan atau tepatnya di anggap anak baru. Satu ketika dan ketika kerika rentetan lain tidak dianggap ketika menyodorkan naskah untuk diterbitkan di sebuah penerbit besar.  Alasan standar dan baku, Loh siapa ? Tanpa melirik kualitas naskah langsung saja masuk tong sanmpah.

Ya sudahlah.  memang otoritas milik para penguasa itu. Bisa jadi aspek bisnis didahulukan bersebab karya tulis anak baru itu tidak laku di pasaran.  Tidak menghasilkan duit.  Kacian deh loh penulis yang belum punya nama.  Nama nan tertera di KTP seolah sirna. kabur dan buram.

Bersebab pengalaman itulah awak mengirimkan naskah buku ke penerbit ber bayar. Tak apalah. Dari pada dari pada sama sekali tidak memiliki karya berbentuk kitab yang tertulis nama Thamrin Dahlan di cover buku.  Jadilah buku pertama berjudul  Bukan Orang Terkenal tahun 2012.

Pengalaman pilih kasih jurnalis oleh oknum membuat awak sadar.  Sadar dalam makna filosofis bahwa masih banyak teman penulis senasib tidak bisa meng kirab kan karya nya nan terserak di media sosial.  Jadilah Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) .  Satu lembaga non profit men darma - bhakti kan diri membantu rekan penulis (korban pilih kasih) menerbitkan buku secara mudah dan sangat murah,.

Mudah itu tak terlalu perlu banyak biaya jutaan rupiah.   Cukup 250 ribu saja anda sudah bisa memiliki buku solo.  Ber ISBN dan bisa di promosikan secara mandiri dengan modal seadanya.  Pengalaman teman teman penulis termasuk kompasinaer membuktikan bahwa memnerbitkan buku itu adalah satu keniscayaan.  Bisa

Angka 360 judul buku di terbitkan YPTD seak tahun 2022 bukan suatu prestasi.  Tetapi angka itu menunjukkan betapa besar ke ingin an para Penulis Indonesia yang belum terbantukan menerbitkan buku.  Penerbit YPTD komitment  membantu teman teman,  Ayo kumpulkan naskah tulisan teman teman. Abadikan karya itu menjadi buku karena sejatinya Buku adalah Mahkota Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun