Sekolah Rakyat (SR) Zaman Doeloe = Sekolah Dasar (SD) Zaman Now
Pak Guru sudah mewanti wanti :
"kalian akan menginap di Bajubang 3 malam, Â siapkan buku, pensil, pakaian dan sepatu"
Waduh sepatu ? manalah awak punya.  Kami anak anak desa semua ceker ayam bersekolah dan bermain, punya sepatu adalah kemewahan.  Hanya Doddy yang bersepatu, dia anak employe, Bapak Kuron Orang Manado ayah Doddy  atasan buruh minyak  termasuk Bapakku Dahlan Bin Affan
Bolehlah mengemukakan pengalaman ikut ujian akhir  SR (Sekolah Rakyat) tahun 1964.  Awak tak paham apakah ketika itu sudah ada ujian nasional atau tidak, tetapi yang jelas kami murid SR Tempino di paksa atau terpaksa meninggalkan desa. Â
Desa kami Tempino, 30 kilometer dari kota Jambi belum berhak menyelenggarakan ujian sekolah. Â Terpaksa awak dan 30 kawan seusia di ungsikan ke desa sebelah yang bernama Bajubang. Bajubang sebagai pusat kota minyak di kawasan Jambi memang lebih besar dari desa kami.
. " mak, aku disuruh pak guru pakai sepatu ke Bajubang"
sehari sebelum mengikuti ujian SR awak tuturkan dengan sedikit berbisik karena takut dimarahi  emak.Â
" ohhoooiii baa jo angku guru waang, mano ado sipatu angkau"
Mak marah, awak diam saja. Â Mak sebenarnya sedih bukan marah benaran, cik gu yang beliau salahkan. Padahal memang demikianlah, Â sepatu harus dipakai murid sebagai penghormatan kepada institusi sekolah.
"pakai sipatu uda mu"