Sejujurnya awak merasa jengah. Tapi mau dikata apa. Untunglah tulisan bergenre politik tersebut berdasarkan fakta. Berangkat dari rasa tanggung jawab seorang jurnalis sehingga menulis tentang sosok Prabowo berdasarkan apa yang dilihat dan didengar pada kehidupan nyata
Sodara. Kritik dari pembaca beragam pula. Bergantung latar belakang mereka. Selama kritik itu fokus pada materi tulisan awak berikan apresiasi terkadang juga terima kasih segala.
Namun pabila kritik out of content maka komentar itu bisa dikategorikan sebagai hujatan. Untuk tanggapan seperti ini tak perlu dibalas karena hanya membuang buang enerji saja bukan?
Terakhir awak ungkapkan tentang kritik membabi buta. Walaupun berusaha diabaikan namun mengganggu akal pikiran juga. Bayangkan sodara ketika menerima hujatan yang membawa bawa nama khewaniah. Manusia normal mana tidak tersinggung astaqfirullah
Pengalaman menulis genre politik tidak sirna begitu saja. Rekam jejak haru biru dihujat terrekam dalam buku Prabowo Presidenku. Bersyukur buku ini best seller pada masanya. Sampai hari ini ketika anda search kosa kata Prabowo Presidenku maka seketika muncul tawaran penjualan buku dari media online.
Kritik bisa hitam bisa putih tergantung dari mana anda menafsirkannya. Kertas itu sebenarnya berwarna putih pada awalnya. Kemudian ditulis dengan warna berbagai tinta. Tinta warna merah itulah terkadang tak terhindarkan
- Salam Literasi
- BHP 1 Agustus 2021
- YPTD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H