Menurut Mister Mukidi Mudik dan Pulang Kampong apabila dilihat dari tujuan geografis memiliki makna sama. Â Namun ketika dilakukan pendekatan waktu maka timbul perbedaan. Â Mudik spesial ketika tiba hari menjelang Lebaran Idul fitri. Â Sedangkan pulan kampong bisa jadi dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan laiknya menikah, keluarga wafat atau rindu suasana pedesaan..
Sebenar bukan juga ribut ribut soal mudik vs pulang kampong namun bersebab pandemi covid  19 persoalan ini menjadi pembahasan nasional. Menyangkut kepentingan orang perantauan terutama karena mudik dianggap sakral, sebuah ritual sungkem mohon doa restu orang tua yang tidak boleh dilalikan dan dilalikan.  Itu saja sih, sehingga Pemerintah berkuasa berkenan hadir mengatur segala sesuatu supaya  angka kesakitan dan angka kematian karena covid 19 bisa dikendalikan Â
Opsi wong sekampong kepada Mukidi sederhana saja. Hanya 3 suku kata. Â "Jangan Tinggalkan Kami"
Maestro M tersipu malu bercampur sendu. Begitu besar harapan sedulur sekampong  kepada Mukidi agar diikut sertakan ritual mudik. Tahun tahun lalu walau dengan segala keterbatasan,  rombongan mampu mencarter bus.  52 orang menikmati fasilitas gratis plus 3 nasi bungkus selama perjalanan.
Sebagai tokoh lokal Mukidi (Mr M) menjadi andalan sesama perantauan. Tahun 2021 bukan Mr M tidak mampu mencarter bus tetapi larangan mudik dari pemerintah itulah yang menjadi halangan.
Pulang kampong bukan sekedar mudik di musim lebaran tetapi seperti ada kekuatan magis menarik perantau. Rasanya seperti ada yang hilang di sepotong kehidupan ketika tidak melakuakn ritual sungkem ke si Mbok. Hadir ber Hari Raya Idul fitri didesa sungguh satu kebahagiaan tak tergantikan oleh kesenangan apapun .
Campur aduk perasaan Mukidi mamandang karton bertulisan " jangan tinggalkan kami". Karton ungkapan curhat  itu diletakkan di depan rumah. Sebegitu  besar harapan teman, tampaknya inilah asa  terakhir mereka bisa mudik dipimpin Mr M.
Sebenarnya seperti sudah diniatkan dan tertulis di proposal mudik, Â Mukidi diam diam mau jalan sendiri. Jalan kaki adalah pilihan utama setelah menggunakan analisa Kekepan (SWOT) ditambah pengamatan intelijen.
Namun apa lacur rencana tersebut bocor. Teman sekampong tampaknya tidak peduli mau jalan kaki keq mau ngesot pokoknya mudik dibawah pimpinan komando komandan Mr M.
Mukidi pusing tujuh keliling mencari solusi. Satu hal pasti dia tidak tega.  Jangan oh jangan  sampai  mengecewakan teman sekampong seperjuangan diperantauan ibukota.
Sementara itu beberapa modus sukses mudik di terimanya atas budi baik mbah gugel. Â Ada perantau naik angkot dari satu kota ke kita lain. Syaratnya tidak membawa koper besar dan bawaan oleh oleh.
Melenggang saja tangan kosong sambung menyambung naik angkot sehingga dianggap warga setempat dan pasti tidak curigai petugas sebagai pemudik. Memang perjalanan agak merepotkan dan melelahkan tetapi lebih baik dari pada tidak pulang kampong.
Ada juga modus mudik pura pura sakit terus carter ambulans. Lancar  sampai di kampong. Petugas penyekatan tampaknya  segan menghentikan sirene ambulance. Numpang  container pun tak mengapa asal sampai di kampong halaman.
Masih banyak modus modus mudik dibaca dan dipelajari Mr M. Tetiba Pusing kepala sembuh. Tersenyum bersebab sudah menemukan strategi perang ala militer vietnam dijamin ampuh sampai ditujuan.
Mukidi mengirim pesan via WA Â kesalah satu teman sekampong.
" mas, kumpulkan perwakilan sedulur 4 orang, nanti malam sahur bersama ku"
Mukidi bukan mau mengagendakan rapat gelap tetapi cuma urun rebuq. Dia akan menawarkan kepada sedulur sepenanggungan  beberapa strategi mudik aman tak dicegat petugas.
Hp berdering ada WA masuk.
" yos wis mas, aku sahur dikontrakanmu bareng Mas Sutopo bin Supoto , Mas Gembrong dan Lek Pucet"
Langsung dijawab
"Monggo tak tunggu yo tak ku siapken sate and tonggseng, jangan lupa pake masker"
Apa solusi Mukidi perihal Mudik sekalian menjawab permohoan nan  berderai air mata : Jangan Tinggalkan kami ?
Jawaban ada disini : Â https://terbitkanbukugratis.id/thamrin-dahlan/04/2021/mukidi-batal-mudik/
Â
- Salam Literasi
- Â BHP, 060521
- Â YPTD.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H