Saudara, inspirasi menulis itu terkadang datang tiba tiba. Â Bagi penulis gaek seperti awak, segala sesuatu yang menghampiri diri InshaAllah bisa menjadi tulisan. Â Alhamdulillah kepekaan itu sudah cukup terlatih sehingga materi untuk di torehkan menjadi artikel tidak pernah terputus. Artinya one day one posting bisa didawamkan malah ketika sedang mood bisa menulis 3 artikel sehari seperti makan obat saja kata pak dokter.
Kali ini awak nak berkisah tentang Kabau. Â Bukan Minang Kabau ya, tetapi benda ini merupakan sejenis makanan dari tumbuhan sejenis Jengkol dan Pete. Â Kabau dikatakann sejenis makanan lalapan nan syedap bersebab sama sama memiliki keistimewaan yaitu Bau. Â Anda tahu sendirilah Jariang (bahasa jengkol orang Minang) dan Pete memang enak di mulut namun tak enak dibelakang.
Dibelakang apakah di toilet atau kamar kecil menjadi sasaran penempelan bau nan tak enak di pancaindra penciuman alias hidung.  Entah karena apa Jengkol, Pete dan Kabau memiliki ciri khas meninggalkan bau tidak seperti makanan lainnya. Ciri khas Bau tak sedap  tersebar senusantara seiring dan selaras penggemar Jenkol dan saudara saudaranya memang ada dimana mana tak pandang suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Kualitas residu Kabau menghasilkan bau mengalahkan Jengkol dan Petai. Â Pengalaman awak ketika masih kecil di dusun Tempino Jambi, masakan dari kabau ini memang enak namum bau yang tertinggal di kamar besar dan kamar kecil baru bisa hilang 3 hari. Luar biasa.
Lysol atau sejenisnya zaman itu yang digunakan untuk menghilangkan residu Kabau sepertinyan tidak mempan. Â Baunya memang super dahsyat sehingga sesipa saja yang masuk ke kamar kecil bekas saudara kita yang baru menuikmati Kabau dapat dipastikan menutup hidung rapat rapat. Â Apalagi apabila bekas buang air itu lupa disiram bersih bersih berjali kalai maka bau menyengat itu sungguh sangat menganggu suasana hati.
Nah sodara. Â mengapa tuan tiba tiba menulis tentang kabau. ? Pasalnya di komuntas Alumni Akper Palembang Angkatan 4 melalui jaringan kesayangan Whats App Group diskuksi tentang makanan menjadi toipik yang sangat menarik. Entah bersebab apa dari jengkol kog malah merembet ke Kabau. Â Jadilan emat emak penggemar kuliner nusantara terutama, Darmawati, Rosyati, Chasiana, Taty, Icha, Elly Asoen, Hasna bersahut sahutan seru bicara tentang si kabau. Â Â
Rasa penasaran itu awak lanjutkan dengan peburuan kabau di Pasar Induk Kramatjati sesuai dengan janji di WAG.  Maksudnya tidak lain tidak bukan  agar jelas duduk perkara keberadaan Kabau. Tujuan khusus untuk memastikan apakah Kabau itu masih ada di muka bumi ini khususnya di pasar sayur dan buah buahan terbesar di Nusantara.
Berbekal hasil searh google berupa gambar Kabau awak bertanya ke pedagang  khusunya di area penjualan Jengkol.  Pemikiran logis saja mengingat Kabau pasti di jual berdekatan dengan saudara berbau sama.  Namun setelah berkelililing dan tanya sana sini yang awak dapatkan adalah gelengan kepala. Â