Masih banyak perbedaan paham antar warga terkait asal muasal rejeki.  Tengok saja ketika ada warga mengatakan rejeki itu sudah diatur.  Ada pula rakyat mengatakan rejeki tidak akan tertukar oleh karena itu santai saja. Kalau memang rejeki itu hak kita akan dia tidak akan kemana.  Begitulah pemahaman rakyat terkait rejeki sehingga terkadang tidak begitu semangat  mencari rejeki dalam artian usaha dan bekerja.
Kemana kaki dari hari ke hari dilangkahkan dan kepada siapa badan dilabuhkan, tidak ada anak manusia yang tahu. Syariatnya anak manusia itu harus bekerja. Wajib keluar rumah untuk mengambil rezeki. Ya tuan dan nyonya rezeki itu terhampar di seluruh muka bumi ini, kita tinggal mengambilnya.
Pemahaman rezeki harus di cari tidak selalu benar. Makna yang lebih tepat adalah menjemput rezeki. Tentu saja untuk mejemput rezeki itu syariatnya harus bergerak. Bergerak meninggalkan kediaman menuju dimana terdapat sumber sumber rezeki yang sedemikian banyak. .
Nah bagaimana dengan syariat harus keluar rumah untuk mejemput rezeki. Tentu saja pola ini tak terbantahkan karena dengan berjalan keluar rumah menuju kantor misalnya sudah merupakan persyaratan utama memdapatkan rezeki.
 Contoh paling aktual profesi sopir taxi atau tukang ojek. Pada umumnya apabila mereka hanya berdiam diri di pangkalan maka rezeki itu belum tentu akan datang.  Namun ketika mereka bergerak meyelusuri jalan di seputar kota maka rezeki itu tinggal ambil di pingir jalan berupa penumpang yang minta di antar ke tujuan. Logis bukan?
 Point yang ingin awak sampai kan disini adalah bahwa siapapun dia apalagi ketika sudah pensiun dari kedinasan maka bergerak ke luar rumah harus tetap di giatkan.  Masalahnya bukan lagi menjemput rezeki tetapi ada 2 alasan penting. Alasan pertama dengan keluar rumah maka pasti ketemu teman atau sahabat maka inilah silaturahim saling bertukar khabar.Â
Alasan logis kedua adalah soal kesehatan badan. Bergerak sesuai umur sangat dianjurkan bagi pensiunan agar kebugaran terjaga  Kalaupun nanti dari gerakan keluar rumah tersebut berdampak pada rezeki maka itulah bonus kehidupan. Jadi rejeki duit ya tinggal diambil . Berbeda dengan rejeki lain berupa kesehatan, ketenangan, kepuasan dan lain lain yang membahagiakan bisa dianggap masyarakat sebagai rejeki juga.
 So the retired lets go to aboard there are many happines.
 Salamsalaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H