Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sentilan Sang Kiayi Sebuah Introspeksi

10 Oktober 2018   17:14 Diperbarui: 10 Oktober 2018   17:15 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersilancar di media sosial adalah kebutuhan di zaman milleneal.  Memang belum masuk pada kategori kebutuhan pokok seperti sandang pangan dan papan tetapi menguasai informasi via media sosial paling tidak menambah wawasan.  Media whatsapp dan facebook merupakan wadah bertukar berita antar penggiat media sosial.

Ketika bertukar berita itulah terkadang warga mendapat informasi bermanfaat misalnya pesan pesan kebaikan seperti kisah kisah orang shaleh. Secara pribadi saya mendapatkan  manfaat bermakna dari kiriman teman teman di media sosial terutama terkait pesan pesan moral. Rabu, 10 Oktober 2018 saya mendapat kiriman berita dari Whatsapp Group (WAG)  Coffee Morning BHP. 

Saya pikir kenapa pesan benilai kebaikan itu tidak diteruskan kepada komunitas lain. Perlu mendapatkan izin untuk share sebagai tatakrama atau adab di media sosial.  Tentu saja tidak boleh dilupakan menyebut sumber berita sehingga pesan moral saya sampaikan pula untuk sahabat kompasianer dan pembaca sekalian.  

Pesan moral itu bertajuk Sentilan Sang Kiayi. Semoga bermanfaat bagi kita penggiat media sosial.

"Wahai Kiyai, manakah yg lebih baik, Seorang beragama yang ibadahnya banyak, tetapi kelakuannya buruk... Ataukah seorang yg tidak beribadah, tapi kelakuannya baik pada sesama...?"
tanya seorang santri kepada kiyainya.

Jawab kiyai 

"Maha Suci ALLAH, keduanya baik..." ujar sang kiyai sambil tersenyum...

"Lho, kok bisa...?" desak sang santri...

"Karena orang yg tekun beribadah itu boleh jadi akan dibimbing ALLAH SWT untuk berkelakuan mulia melalui ibadahnya... Sedangkan orang yg baik kelakuannya itu, boleh jadi akan dibimbing ALLAH SWT melalui Rahmat-Nya untuk semakin taat kepada ALLAH SWT"

"Terus, siapa yg lebih buruk...?" desak sang santri penasaran...

Air mata mengalir di pipi sang kiyai...

"KITA NAK..." ujar beliau dengan suara tersendat... "Kitalah yg layak disebut buruk, sebab gemar menghabiskan waktu untuk menilai orang lain, melupakan diri sendiri..."
tangis Beliau sambil terisak...

"Kelak di hadapan ALLAH SWT, kita ditanya tentang diri kita, BUKAN tentang orang lain...".

Kalau boleh menyimpulkan di dunia maya yang marak dengan berita benar dan hoax ada baiknya kita lebih berhati hati sebelum share ke komunitas lain. Sentilan Pak Kiayi menyadarkan kita semua bahwa membicarakan aib orang lain adalah satu keburukan perilaku.  

Inilah salah satu bentuk introspeksi diri dalam artian ada tanggung jawab moral ketika masuk dalam pergaulan sehari hari. Oleh karena itu ketika bersilancar di media sosial maka  azas manfaat dan mudharat akhirnya terpulang kepada kita semua.

salamsalaman

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun