Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sindiran Halus Cak Imin melalui Pengibaratan Ferrari, Alphard, dan Mercy

24 Juli 2018   07:46 Diperbarui: 24 Juli 2018   07:55 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Budaya Thamrin Dahlan

Seperti diberitakan detik.com Jakarta - Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) berbicara soal peluang Jusuf Kalla (JK) kembali menjadi cawapres Jokowi. Cak Imin membandingkan JK dengan mobil Ferrari. "Tentu  saja Pak JK ibarat Ferrari. Barang mewah, pengalaman luar biasa, dan  segmen pembelinya orang top. Tapi penumpang nggak banyak, yaitu  Indonesia timur," ujar Cak Imin di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Minggu  (22/7/2018).

Lebih lanjut  Cak Imin yang masuk bursa  cawapres Jokowi menyamakan PKB dengan Toyota Alphard.  "Kalau PKB  penumpang banyak, 11 juta warga NU. Ibarat mobil ya Alphard, mewah tapi  isinya banyak," Prof Mahfud MD  yang masuk kandidat cawapres Jokowi juga disinggung Cak Imin. Ia  menyamakan Mahfud dengan mobil Mercedes Benz. "Kalau Pak Mahfud  Mercy-lah. Memang eksklusif dan cantik di medsos, tapi penumpangnya cuma  4. Masak sih Alphard nggak dipilih," 

Inikah bentuk sindiran halus Cak Imin terkait calon wakil presiden yang  dibaratkan dengan kondisi mobil khusnya ditinjau dari jumlah penumpang. Kalau demikian kenapa tidak lebih baik  memilih Bus, atau sekalian Kapal Laut Besar penumpang lebih banyak.  Pengibaratan mobil mobil  mewah dikaitkan dengan politik agak mengejutkan dan masuk akal juga.  Entah bagaimana perasaan Pak JK dan Prof Mahfud ketika menerima ujaran Cak Imin.

Bagaimana pula dengan peluang kandidat wapres lain seperti  Gatot Nurmantyo, Tuan Guru Bajang dan AHY apabila di ibaratkan dengan mobil.  Bisa jadi nanti yang  muncul bukan mobil mewah tetapi  kijang, avanza dan mobil rakyat lainnya.  Rasanya pengibaratan ini agak kurang etis juga dalam menilai saingan melalui  pembandingan harga mobil dan jumlah penumpang.  Dari adat budaya timur mungkin ada cara lain yang lebih terhormat walaupun memang tidak dilarang mengutarakan strategi pemenangan.

Paling tidak sang punya Hajad Petahana Joko Widodo mendapat masukan terkait besaran jumlah dukungan suara dari masing  cawapres yang beredar di bursa  pilpres 2018. Namun  tidak semudah itu Pak Jokowi menentukan pendampingnya, ada variabel variabel lain yang perlu dipertimbangkan terutama dari aspek suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).

Point yang ingin disampaikan disini adalah sesuai tuntunan agama ada baiknya setiap kandidat tidak terlalu ambisius mencari jabatan.  Tetapi ketika  di beri kesempatan memangku amanah publik maka ucapkanlah Innalilahi Wa Inna Ilaihi Rojiun (bukan Alhamdulillah).  Itulah ungkapan bernilai kesejatian iman seperti juga diteladani oleh para Sahabat Rasulullah Nabi Muhammad SAW sewaktu di tunjuk menjadi Gubernur.

Salamsalaman
TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun