Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Walau Pasca Stroke, Bapak Niam Tidak Mau Mengemis

13 Juli 2018   09:40 Diperbarui: 13 Juli 2018   09:54 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dokumentasi : Koleksi Pribadi

Dalam ajaran Agama Islam dianjurkan memberi namun tidak dianjurkan meminta minta.  Kondisi ekonomi seberat apapun bagi seorang mukmin tidak akan merendahkan dirinya meminta minta atau menjadi pengemis.  Cacat tubuh bukan alasan untuk meminta minta, masih banyak pekerjaan bisa dilakukan untuk menghasilkan uang guna memberikan penghidupan keluarga.

“(Apa  yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang  (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha  di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah  orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau  (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta  secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu  infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui” [al-Baqarah/2 : 273].

Itulah yang saya saksikan pada diri Bapak Nian. Beliau tetap berdagang berkeliling kampung walaupun sebelumnya menderita gejala penyakit stroke. Masih terlihat bekas penyakit itu pada wajah.  Namun dengan tekad bulat tidak ingin memposisikan diri sebagai orang yang dikasihani, Bapak Nian menjajakan dagangan dari kampong ke kampong.

Dagangan Beliau berupa papan pengilasan untuk mencuci pakaian.  Tampak pula beberapa bangku duduk kecil yang dibawa dalam dua bakul keranjang dipikul kesana kemari.  Tentu saja pikulan itu sangat berat di pagi hari dengan harapan akan semakin enteng ketika ada warga yang membeli dagangan. Saya menyaksikan Pak Nian berkeliling di kawasan Kampung Dukuh Jakarta Timur dan sekitarnya dari pagi hingga sore.

Sumber Dokumentasi : Koleksi Pribadi
Sumber Dokumentasi : Koleksi Pribadi
Dari rumah di Kampung Setu Pak Nian naik angkot kemudian mulai berjalan dan berjalan menelusuri perkampungan.  Tidak ada suara teriakan dagangan seperti penjual jalanan lainnya.  Pedagang sate meneriakkan sateee, tukang sol sepatu demikikan juag dengan alat tertentu memberitahukan kepada khalayak bahwa mereka sedang lewat.  Demikan pula tulkang roti, namum Pak Nian dalam keterbatasaannya tidak terdengar ber suara sedikitpun sehingga warga yang kebetulan melihat langsung saja memanggil.

Sebenarnya ada rasa iba dihati, tetapi tak tega hanya memberi.  Ada warga yang membeli walau tidak butuh penggilasan bersebab pola mencuci sudah menggunakan mesin.  Namun keinginan membantu sesama umat tersirat dengan cara tetap membeli tanpa menawar.  Subhanallah itulah kearifan sosial memberi sekali lagi tidak dilarang malah uang diberikan berlebih dari harga satu buah papan cucian.

Semoga kehadiran Pak Nian memeberikan pembelajaran kehidupan bagi kita semua.  Bahwa setiap makhluk di muka bumi atau diatasnya serta didalam lautan sekalipun di jamin rezeki oleh Allah SWT Tuhan Yang Maha Kaya. Pak Nian tak hendak menghioba hiba walaupun dalam kondisi keadaan pasca stroke.  Beliau  tetap berjuang menghidupi keluarga dalam keterbatasaanya.

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun