Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Saya Tidak Tahu (Apa-apa),..."

2 Juli 2018   19:00 Diperbarui: 2 Juli 2018   22:31 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perhatikan dan amati pola komunikasi seorang Pejabat Publik ketika ditanya wartawan tentang kebijakan pemerintah.  Diantara para pejabat itu ada yang memulai jawaban dengan kosa kata :

Saya pikir,..
Saya kira,..
Saya rasa,...
atau
Saya tidak tahu.....

Berdasarkan pilihan jawaban Para Penguasa tersebut bisakah dinilai seberapa besar kualitas, integritas dan keseriusan para pemimpin mengurus negeri ini ?  Tentu bisa karena pola jawaban mereka yang acap disampaikan sejatinya merupakan isi hati.

Seorang pejabat yang menjawab dengan kosa kata "saya pikir" menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pemikir.  Secara sederhana memang demikian bersebab apa apa yang diungkapkan dan diucapkan adalah hasil dari analisa yang merupakan hasil proses berpikir. Orang  Inggris lebih suka menggunakan "I Think" ketika menyampaikan argument

Pejabat type ini sangat berhati hati ketika memberikan pernyataan.  Tentu saja segala sesuatu disampaikan berdasarkan fakta yang dikuatkan dengan data otentik.  Tidak sekedar asal omong karena jawaban atas suatu permasalahan  harus dipertanggung jawabkan.  Pejabat ini cerdas dalam artian dia tidak akan menjawab segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan tugas dan wewenang. Ketika informasi tentang permasalahan di bidangnya belum lengkap  maka Beliau  berjanji menjawab setelah segala persoalan itu di kuasainya.

Lain halnya dengan penguasa yang memulai jawaban dengan " saya kira"  Inilah gambaran seorang Penguasa yang ragu ragu ketika memberikan keterangan publik.  "Saya kira demikian, saya kira begitulah".  Satu hal perlu diamati bahwa penguasaan keilmuan terkait bidang tugas tidak lengkap sehingga beliau tidak mampu memberikan jawaban tegas.  Jangan berharap ada solusi yang bisa diberikan oleh  pejabat sekelas ini.

Sedangkan seorang penguasa yang acap berbicara "saya rasa",  bisalah anda anggap bahwa pejabat ini type seniman.  Beliau lebih mengandalkan  perasaan dari pada akal.  Bisa jadi dalam pelaksanaan tugas pokok beliau tidak begitu menggunakan data dan fakta sehingga semua alam pikirannya lebih mengedepankan perasaan. Anak buah menjadi bingung apalagi masyarakat bersebab output dari kementerian atau lembaga yang dipimpin tidak sesuai dengan tupoksi organisasi.

Jawaban "Saya rasa"  sangat bergantung pada suasana hati. Ketika hati sedangan galau maka jawaban pun tidak sesuai  dengan yang diharapkan. Bahkan Beliau bisa saja emosi tak menentu.  Sebaliknya ketika suasana hati riang gembira maka jawaban akan lebih banyak ngawur alias ngarang. Apakah ada pejabat seperti ini ? amati saja sosial media terutama televisi, warga terkadang tertawa terbahak bahak ketika mendengar dan menyaksikan keterangan pejabat publik ngawur . Jauh panggang dari api kata orang melayu.

Terakhir bagaimana pula dengan pejabat public menjawab "saya tidak tahu" wartawan tentu kecewa apalagi masayarakat.  Apa saja kerja penguasa ini,  masa' Beliau tidak tahu atau tidak paham terkait segala sesuatu yang berkaitan dengan bidang tugas.  Apakah jawaban seperti ini bisa dikategorikan sebagai modus lari dari tanggung jawab,  entahlah.  Atau menggunakan jurus kura kura dalam perahu, alias pura pura tidak tahu guna menghindari hujatan public.

Berdasarkan ulasan dari type jawaban tersebut dapatlah disimpulkan pola komunikasi "saya pikir" menunjukkan pejabat tersebut bisa diandalkan. Tanpa disadari memang "saya rasa dan saya kira apalagi saya tidak tidak tahu"  merupakan bahasa tubuh yang sering terucapkan. Bisa jadi sebatas inilah kualitas sang pemimpin berdasarkan telaahan  pola menjawab. Semoga awak salah dan semoga ada perbaikan jawaban dari pejabat yang terlanjur mengatakan "saya tidak tahu apa apa".

Secara ilmiah dilihat pada Teori 4 Kuadran Potensi Diri maka bisa dikategorikan dimana posisi para pejabat publik tersebut.  Ketika Beliau berada di kuadran 3 "saya tidak tahu, orang lain tahu"  sungguh sangat menyedihkan. Kondisi psikologis seperti ini tak pelak kepada seorang pejabat akan menjadi bahan tertawaan wartawan dan tentu juga masyarakat.   Sedangkan posisi di kuadran 1, 2 dan 4 bolehlah ada toleransi bersebab memang demikianlah tingkat ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun