Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mudik Yok, Sembari Nostalgia Masa Kecil

11 Juni 2018   14:14 Diperbarui: 11 Juni 2018   15:57 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulang kampong atawa mudik ke Tempino rasanya tidak lengkap kalau tidak berkisah tentang kolam Pak Kasim. Kolam renang tradisional ini menyimpan kisah masa kecil yang indah pada setiap budak budak Tempino. Tanya saja, siapa budak Tempino yang belum pernah mandi (berenang) di kolam yang terletak di pinggir jalan menuju Palembang dari arah kantor Pertamina.

Dusun Tempino adalah tanah minyak yang di kelola oleh Pertamina. Dusun Tempino terletak antara kota Jambi ke arah Palembang berjarak hanya 27 Km melalui jalan raya beraspal mulus di tengah perkampungan karet. Apabila di kota kota besar kolam renang menjadi tempat rekreasi , justru di dusun kami kolam ikan yang dijadikan tempat mandi sekalian berenang.

Jujur, tempat rekreasi lainnya seperti kebon binatang tidak ada, sebagai pengobat hati warga sesekali melihat sekawanan simpe atau beruk hitam bergelayutan di pepohonan sekitar kampong,  Hanya itulah hiburan versi dusun kami ketika lebaran tiba. Sebenarnya ada rasa iri warga Tempino kepada warga kampong sebelah Bajubang.

Dokpri
Dokpri
Itulah pasalnya Pertamina tidak adil, bila di Bajubang di buatkan kolam renang modern untuk para buruhnya maka di Tempino warga terpaksa mandi di kolam ikan yang dijadikan tempat rekreasi berenang. Mungkin karena Bajubang sebagai desa yang lebih besar di banding Tempino, maka dulu disana ada Rumah Sakit malah Pertamina memanjakan para pembesarnya (employee) dengan membangun lapangan golf.

Nostalgia, tahun 1960 ketika duduk di kelas 5 Sekolah Rakyat (SR) kami menjadualkan waktu khusus ke kolam renang kampong. Kolam ini sebenarnya ada dua, satu kolam bawah satu lagi kolam atas. Biasanya kami berenang di kolam bawah yang agak cetek, di kolam atas lebih dalam, takut berenang disana maklum masih anak anak berumur 10-11 tahun.

Dokpri
Dokpri
Masalahnya berenang atau tepatnya mandi di kolam ikan Pak Kasim walaupun gratis tidak selalu nyaman. Hal ini bersebab si empunya kolam tidak bekenan kami mandi di kolam ikan  Tentu saja alasan takut ikan Pak Kasim mabok karena bau keringat plus daki budak budak Tempino. Maklum mandi tak bersabun sudah menjadi kebiasaan sehingga kult  kami berbusik busik.

Oleh karena itu kami anak anak kecil curi curi kesempatan kalau Pak Kasim sedang tidur sore.  Mulailah kami bersuka ria mandi bermain air sambil sedikit sedikit belajar berenang. Mandi telanjang rasanya belum malu maluin banget karena semuanya anak laki laki. Pakaian di taruh bertumpuk di salah satu tempat tersembunyi.

Dokpri
Dokpri
Dulu pernah rombongan anak anak kelas lain, pakaiannya di sandera oleh Pak Kasim, sehingga anak anak pada menangis pulang tidak pakai celana,...hahahaha. Belajar dari pengalaman itulah kami mengakali Pak Kasim dengan menyembunyikan baju dan celana di semak semak. Pengalaman adalah guru terbaik kata siapa ? 

Kini kolam ikan Pak Kasim masih jadi tempat mandi. Entah apa sebabnya kolam ikan itu menjadi masalah besar bagi ahli waris mengingat kolam kini di jadikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Batanghari sebagai tempat pembenihan ikan. Disamping itu kolam saat ini di gunakan pula oleh Pertamina sebagai sumber mata air yang di olah di saringan aek untuk selanjutnya di distribusikan ke perumahan Pertamina sebagai pasokan air bersih,....

Mudik yok....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun