Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peluit dan Kartu Kuning Pasangan Serasi Saling Melengkapi

8 Februari 2018   20:35 Diperbarui: 8 Februari 2018   20:58 11078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peluit mahasiswa itu menghentakkan suasana. Nyaring suara dalam  gedung nan hening. Semua mata terlempar dari mana sumber suara nyaring.  Oh dia seorang mahasiswa. Sembari mengacungkan tangan keatas terlihat  satu berkas warna kuning. Serta merta geraka mahaiswa ini dinamakan  kartu kuning untuk sang penguasa.

sumber : tribune news

Peluit bukan sekedar bunyi namun  ada makna dibalik itu semua. Benda yang acap tergantung bertali di saku  wasit pertandingan olahraga dan polisi lalu lintas. Tampaknya wasit  lebih sering meniupkan peluit dibanding bapak polisi. 

Pasalnya  pelanggaran acap sekali terjadi di pertandingan yang berdurasi 2x 45  menit untuk bola sepak. Sedangkan Polisi lalu lintas agak hemat  menggunakan benda ini bersebab pengguna jalan raya agaknya sudah mulai  tertib.

Ketika mahasiswa meniup peluit ada apa rupanya. Tampaknya  unjuk rasa ini sudah dipersiapkan untuk moment tertentu. Betapa tidak,  mana ada mahasiswa yang membawa peluit dalam saku setiap hari kecuali  dia merangkap sebagai pelatih pramuka atau pelatih olahraga. Jadi patut  di duga sang mahasiswa telah mempersiapkan map warna kuning pula.  Akhirnya rencana matang tersebut terlaksana dengan baik dan berhasil  mencengangkan semua orang.

Peluit dan kartu kuning atau kartu  merah adalah padanan sebagai satu kelengkapan yang tidak terpisahkan.  Peluit tanpa kartu kuning bisa juga terjadi pada acara baris berbaris.  Namun bagi wasit dan polisi lalu lintas, mereka tidak akan pernah  memisahkan 2 makhluk yang di takuti penggemar pelanggaran. Soal  mahasiswa dan Pluit plus Kartu Kuning sudah berlalu kini ditunggu  kelanjutan kisah selebarasi di Papua apakah aka ada kejutan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun