Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dunia Maya Tidak Mirip Dunia Nyata, Bung

2 Januari 2018   10:42 Diperbarui: 2 Januari 2018   11:15 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2017 sudah berlalu, banyak kesan selama 365 hari berjalan.  Kesan tersimpan dikenangan apakah itu satu kesenangan atau sebaliknya satu perasaian.   Itulah hidup dan kehidupan anak manusia selalu saja diwarnai oleh hitam dan putih tergantung bagaimana menyikapi. Semakin bertambah usia tentu diharapkan semakin bijak menghadapi setiap permasalahan dalam koridor sabar, syukur dan tawakkal.

Selaku makhluk sosial apalagi dizaman now dimana hubungan antara  manusia terkoneksi sangat mudah melalui telepon seluler  tentu perlu di manage dengan baik.  Makhluk sosial pada zaman dahulu kala lebih acap bersilaturahim tatap muka dalam artian bersua fisik dan kemudian bersalaman salaman.  Suasana seperti itu memberikan makna yang lebih dalam dibanding berkomunikasi  dunia maya. Inilah pergeseran budaya yang wajib dipahami secara mendasar dan sadar bahwa sesungguhnya kontak sosial itu terkadang menimbulkan salah paham dan syak wasangka.

Tahun lalu awak terpaksa mundur dari keanggotaan 2 komunitas whatsapp.  Keputusan meninggalkan komunitas yang telah diikuti beberapa lama tentu dengan alasan yang telah dipertimbangkan masak masak. Membuat diri sendiri nyaman dan semoga komunitas yang ditinggalkan juga aman dan nyaman pula. Sekali lagi  diingatkan disini komunikasi by phone khususnya dalam bentuk pesan terkadang menimbulkan salah paham. Tidak semua anggota group paham  tetapi ada saja dua atau tiga sahabat belum bisa menerima pesan pesan yang  awak sampaikan.

Sebenarnya sederhana saja masalah escape from whatsapp.  Awak dalam kapasitas penulis tergabung di beberapa komunitas WA. Malah di  beberapa group WA  sebagai penggagas sehingga sekali gus menjadi Admin.  Tujuannya adalah mengumpulkan nan terserak baik dari sahabat  penulis, keluarga, sejawat, taman olahraga maupun dari komunitas teman pernah sekerja dan dosen. Inilah sarana komunikasi murah meriah bertukar informasi, saling menasehati dan juga  tempat berjanji.

Dalam kapasitas seorang penulis awak acap sekali mengirim artikel ke berbagai group WA. Nah inilah pokok masalahnya.  Mungkin karena bosan dikirimi hampir setiap hari tulisan atau bisa juga dianggap menuh menuhi memory handphone maka ada satu atau dua anggota berkeberatan.  Tentu saja awak segera minta maaf dan akhirnya mohon diri agar "kesalahan" kirim tidak terjadi lagi.  Dengan demikian hubungan maya untuk semetara terputus namun sebagian besar sahabat itu ada yang sudah berkenalan di dunia nyata sehingga persahabatan tetap berlanjut.

Begitulah pengalaman tahun silam yang menjadi pembelajaran berguna.  Bisa jadi niat kita baik berbagi opini, reportase kegiatan atau terkadang puisi tidak dapat di terima oleh satu dua orang saja.  Bisa dimaklumi juga ada beberapa WA khusus membahas  tentang topik tertentu,  jadi nampaknya tidak relevan dikirimi tulisan yang tidak sesuai dengan visi misi.  Namun lebih banyak dari  komunitas itu sifatnya sangat umum dimana sahabat saling berbagi apakah bentuk tausyah, gambar atau cerita lucu. Saling kirim informasi  seperti ini sangat menghibur dan menambah wawasan lucunya terkadang sampai sampai saling semangatnya  ada beberapa kiriman  berisikan pesan yang sama.

sumber: mediacorp
sumber: mediacorp
Terkait dengan hal itu apabila di telisiak lebih dalam tentang pendapat maka perbedaan adalah suatu keniscayaan.  Media sosial  menampilkan diri sebagai lahan bertemunya berbagai  pendapat terkait masalah politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,  pertahanan keamanan dan juga agama. Apabila di kerucutan perbedaan  pendapat itu lebih pada pertikaian silang kata di bidang politik. Disana  bertumpuk pula ikutan dari sisi kehidupan lain yang terseret atau  memang ikut andil dalam perdebatan seru.

Siapa dibelakang media  sosial itu.  Tentu ada para sobat yang berperan dalam menyampaikan  aspirasi sesuai dengan  pemahaman masing masing. Terus terang awak   mengalami metamorfose dalam menyikapi perbedaan pendapat.  Beberapa hari  lalu  saya terhenyak ketika menerima satu pesan dari seseorang sobat di  komunitas Whats App. Sobat tersebut dengan santai mengirimkan pesan  begini. " hai para penghuni WA ini, koq seru benar dalam berdebat,  sudahlah memang debat kita ini memberikan pengaruh kepada pemerintah,   bangsa dan negara ?  hahahaha paling paling semua debat itu berhenti di  Handphone masing masing." 

Ahai, benar juga kenapa pula kita  sampai hati menyakiti dan tersakiti karena sekedar perbedaan pendapat.   Siapa sih peduli dengan gaung perdebatan  kita ini.  Mari kita bersatu  walaupun tetap  berdebat.  Persatuan dan kesatuan tetap harus terjaga.   Untuk itulah kita berhimpun di media sosial.  Luruskan niat ingat  komitment ketika memutuskan akan aktif di media sosial. Komitment awak sejak aktif di medsos menggunakan motto penasehat penakawan dan penasaran.  Alhamdulillah manjur dan saampai saat ini selamat.

Medsos   adalah rumah ke lima sejak tahun 2010.  Rumah Ibadah nomor satu,  rumah kediaman nomor dua.  kampus rumah ke tiga dan rumah gadang rumah  ke empat.  Sebagai penghuni tetap saya merasakan betapa rumah  ini  menjadi sangat nyaman ketika bertemu dengan seisi rumah. Kita adalah sobat terbaik di medsos.   Alhamdulillah awak kini lebih mampu menerima perbedaan pendapat  tanpa emosi mengebu.  Perubahan menyikapi itu tentu tidak seketika  terjadi. Perubahan terutama terjadi setelah banyak membaca dan berujung  pada satu kalimat.  Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan 2 telinga dan 1  mulut. Makna nan terkandung sebaiknya lebih banyak mendengar sebelum  berkata.  

Awak  berusaha membaca dan menyimak secara teliti  setiap pendapat sobat dan mencoba memahami pola pikir sahabat medsos  Ketika menyikapi perbedaan pendapat itu saya tidak akan  menghujat namun berupaya memberikan apresiasi.  Sudut pandang berbeda  adalah keniscayaan ibarat lima sahabat yang tidak dapat melihat (buta)   di minta untuk mendefinisikan bagaimana bentuk seekor gajah. Tidak  semua orang dianugerahi kemampuan helicopter view yaitu suatu pemahaman   komprehensif integratif atas satu masalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun