Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ibuku Seorang Visioner

22 Desember 2017   20:45 Diperbarui: 23 Desember 2017   07:33 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : koleksi tede

 

Special thanks for Our Mother Hj. Kamsiah binti Sutan  Mahmud and Bundo Kanduang Hj Husna Darwis binti H. Raden Dahlan bin Affan 

 Prolog

IBU, kami memanggilnya Mamak, "Mak, mak, mak, ..."   Demikianlah  panggilan sayang kami kepada seorang perempuan. Perempuan yang melahirkan 7 anak. H Moesyawir Syariddin (alm) Erdwan Syaridin (alm) Hj Husna Darwis, Syahrir, Nurhayati, H. Thamrin Dahlan dan M Yahya. Mamak membesarkan kami tanpa pembantu rumah tangga, mengasuh dalam keterbatasan.

Kesulitan ekonomi di zaman susah tahun 1940 - 1970. Bapak pegawai rendahan Pertamina dengan penghasilan pas pasan malah kurang istiqomah berjuang menghidupi keluarga. Namun semua itu bukan menjadi halangan, tetap amanah mendidik dan membesarkan anak penuh kasih sayang.  Mamak Lahir di Lintau Buo Lubuk Jantan Kabupaten Batusangkar Propinsi Sumatera Barat.

Mamak merantau ke Jambi dan bersua dengan Ayahanda Raden Dahlan bin Affan asal Bengkulu. Mamak faseh berbahasa Belanda dan sedikit bahasa Jepang seperti juga ke dua adik perempuana Hj Raginam dan Hj Arisyam.  Etek Inam dan Etek Syam sering kami dengar  memanggil Mamak dengan sebutan akrab : Zues yang berarti Uni kalau diterjemahkan ke  Bahasa Minang.   Tiga perempat hidup bermukim di Tempino Jambi, menunaikan Ibadah Haji tahun 1982. Diakhir hayat Mamak dan Bapak menetap  di rumah Uni Husna kawasan Taman Cimanggu  Bogor

Episode 1

Untuk membantu ekonomi keluarga Bapak dan Mak memutuskan pindah dari rumah dinas Pertamina ke ladang. Tujuan meninggalkan fasilitas listrik, lampu dan gas gratis dari perusahaan tidak lain untuk menambah penghasilan keluarga dari hasil kebon sendiri.  Dari hasil kebun ladang dan kolam bisa membantu membiayai sekolah anak anak.

Guna  menambah penghasilan yang lebih besar untuk  menutupi biaya sekolah anak anak maka Mamakpun akhirnya berdagang.  Inilah saudagar perempuan di Pasar Tempino berniaga dari satu kampong ke kampong lain. Bahkan Mamak pernah berniaga sampai ke Tanjung Balai / Tanjung Pinang ketika Uda Erdwan bekerja di Kepulauan Riau.

Dari hasil kebun Mak dan Bapak menjual sirih dan semua hasil tanamam ladang dan kolam. Pohon Kelapa menjadi andalan utama yang mampu menutupi keperluan sehari dan biaya sekolah anak anak. Inilah antara lain perjuangan kasih sayang seorang ibu. Alhamdulillah perjuangan Mamak dan Bapak tak sia sia. 8 anak kanduang dan cucu cusu serta cicit Insha Allah saat ini hidup bahagia sejahtera.

 Episode 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun