Oleh karena reporter  bergaya intel bukanlah sosok wartawan  copy paste dari beberapa media sosial online.. Ulasannya itulah yang menjadi kekuatan dari reportese.  Ulasan itu tentu saja hasil analisa dan ilmu pengetahuan yang dimilki serta wawasan luas ditambah sedikit latar belakang pendidikan dan pengalaman. Kemampuan menganalisa secara komprehensif dengan cara mengurai secara detail permasalahan pokok akhirnya menghasilkan analisa tajam setajam silet.
Kemudian apa motif repoter bergaya intel ? Bekerja bukan sekedar mengejar bayaran seperti di lakukan oknum reporter nakal teta[pi sikap profesionalisme itu diyakini merupakan  sumbangan positif di kancah opini publik . Keleluasaan menyampaikan pemikiran jernih tanpa di sponsori oleh pihak manapun sudah merupakan kepuasan moril tak terhingga baginya. Justru tanggapan yang diterima dari pemirsa dan producer akan  menambah kualitas hasil kerja Apoy . Mendapat penghargaan reportet terbaik hanya tinggal menunggu waktu.
Apoy tiba tiba terhentak dari lamunan ketika rekan rekan reporter di Rumah Sakit mengerubungi seseorang tamu yang katanya mau bezoek.  Dia bangkit langsung berdiri mengejar sumber berita sembari menyiapkan micropone berserta kameraman. Waduh sial ternyata sosok yang bezoek itu pengacara tersangka.  Bosan  mewawancarai orang itu. Ini bukan berita tetapi sampah (garbage in garbage out). Apoy lemas, gaya reporter intel melarangnya bekerja standard seperti reporter teve lain. Â
Bezoek tersangka tidak dilarang kenapa tuan tuan tidak datang. Apoy berharap ada Menteri atau Pejabat Partai yang datang menjenguk tersangka.  Tetapi sia sia tampaknya kerabat dekat tersangka  menahan diri mungkin takut pertemanan merembet jadi saksi. Akhirnya Apoy lemas, tersangka sudah dipindahlkan dari Rumah Sakit.  Gagal maning gagal maning.
Salamsalaman
TD
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H