Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menjamu Makan Siang Suku Baduy Dalam

5 November 2017   20:21 Diperbarui: 6 November 2017   00:35 6479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membeli kebahagiaan melalui 2 botol madu dari 3 sahabat Suku Baduy Dalam  pada jamuan makan siang Sabtu 4/11/2017 di rumah makan padang Pasar  induk Keramajati Jakarta Timur. Saya membeli 2 botol Madu,  Tak tega menawar harga seratus lima puluh ribu sebotol mengingat perjalanan jauh puluhan kilometer dari kampong. Inilah pertemuan kedua secara fisik dengan sahabat Baduy.  

Sebelumnya bulan lalu saya bertemu mereka di Jalan Condet Raya. Padahal sebelumnya banyak sekali kesempatan bertemu namun selalu saja ada halangan. Beberapa kali berpapasan dengan suku baduy. Pernah sekali ketika 3  orang baduy berjalan kaki di jalan raya bogor Jakarta Timur.   Mereka berjalan cepat tanpa mengenakan alas kaki.  Berjalan di pinggir jalan  terus menatap kedepan.  Terkadang berjalanan beriringan terkadang  bersebelahan, sesuai dengan keleluasaan trotoar jalan Jakarta. 

Cara mengenal  suku baduy sangat mudah sekali.  Sosok ini selalu mengenakan busana  hitam putih.  Baju hitan dan celana itu potongannya seperti pemain  silat.  Ditambah lagi dengan ikat kepala yang juga berwarna gelap.  Terlihat buntalan kain disandangkan pada punggung.  Dari jauh saja warga  Jakarta sudah bisa menandai mereka adalah suku baduy, karena tidak ada  lagi suku di Indonesia yang berjalan kaki tanpa alas menyelusuri ibukota.

Awak terniat akan memberikan uang atau minuman mineral  kepada saudara setanah air ini.  Namun apa daya ketika itu tidak  berhasil karena kendaraan yang di naiki tidak bisa berhenti di lampu  hijau..  Hilanglah kesempatan berderma kepada saudara ku. Ya ketika itu  kami berlawanan arah. Di satu saat lain di bunderan Hotel  Indonesia pernah pula bersua dengan 2 orang suku baduy.  

Nah di  kesempatan ini bisa bersalaman sambil memberikan sedikt uang karena saat  itu kami sama sama pejalan kaki.  Anggukan pelan tanpa suara sebagai  tanda terima kasih kami terima.  Ya sudahlah, silahkan berjalan terus  tuan, kami tak akan menganggumu dengan wawancara.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Memang unik kehidupan  suku baduy sesuai  dalam alam semesta.  Walaupun warga negeri ini sudah  demikian maju menggunakan alat komunikasi dan transportasi, mereka  tetap saja tak memerlukan telpon genggam dan tetap  setia berjalan kaki.   Pernah seorang teman menawarkan untuk ikut menumpang dalam kendaraan  pribadi , namun dengan santun mereka menolak. 

Mungkin itulah  sebabnya saudaraku baduy tetap sehat walafiat mengembara di hutan beton  kota Jakarta.  Ratusan kilometer mereka tempuh tanpa lelah.  Sampai saat  ini kami belum paham apa alasan mereka menelusuri kota jakarta,  apakah  gerakan jalan kaki ini sebagai peringatan kepada orang modern untuk  mengingat kesejatian hidup. Pesan suku baduy sederhana saja bahwa kaki  itu di ciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk sering sering digunakan  berjalan kaki. Jangan naik kendaraan melulu.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dalam hal  ini Pemerintah tidak bisa memaksa suku baduy menggunakan dan  memanfaatkan alat alat modern.  Biarlah mereka dalam kenyamanan, biarlah  mereka hidup dalam alamnya jangan di ganggu lagi.  Toch mereka tidak  menganggu lingkungan. dan tidak mengganggu tuan dan nyonya. Justru  orang orang modern seperti kita yang harus menyesuaikan diri.   

Menyesuaikan diri dalam artian menerima saudara suku baduy apa adanya.  Jangan sampai salah kaprah ingin membantu malah membuat suku baduy  merasa takut.  Orang modern wajib memamahami alam suku baduy yang memang  tidak akan berubah sampai di akhir zaman.

Sesungguhnya catatan sejarah  Indonesia bahkan sejarah dunia bisa menasbihkan suku baduy sebagai alibi  budaya.  Kehadiran suku baduy di tengah pergeseran budaya nasional  tidak bisa dielakkan dan merupakan pagar budaya nusantara. Suku Baduy  patut di banggakan bersebab mereka tetap tidak akan terjamah atau  terpengaruh oleh budaya asing yang  begitu deras menghampiri generasi  muda Indonesia.

Poin yang ingin disampaikan disini adalah bahwa Pemerintah harus tetap menjaga habitat suku  baduy .  Janganlah sok ingin mensejahterakan maka mereka di budayakan  versi pemerintah yang belum tentu memberikan rasa tenang kepada suku  baduy.  Bukan berarti kita membiarkan mereka berada dalam  keterbelakangan,  namun pemerintah bisa berperan dalam bentuk bantuan  pemeliharaan kesehatan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun