Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perguruan Tinggi Menghasilkan Sarjana Siap Kerja atau Siap Nganggur?

4 Oktober 2017   06:11 Diperbarui: 4 Oktober 2017   06:48 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghasilkan Sarjana siap kerja bukan pekerjaan gampang. Perlu waktu 4 tahun untuk mendidik generasi muda ini menjadi seorang Sarjana Siap Pakai. Indikator lulusan Universitas (S.1) siap pakai ketika memiliki Index Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3.0 kalau bisa cum laude dengan IPK 3.70. Bukan berarti  IPK dibawah 3 tidak memiliki peluang kerja atau menganggur namun kesempatan untuk mendapatkan perkerjaan di perusahaan terbaik menjadi lebih sulit.  

Oleh karena itu perlu diwanti wanti sejak memasuki perguruan tinggi agar mahasiswa fokus belajar dan belajar dan tidak terganggu oleh remeh temeh lingkungan kampus. Pola pengajaran di Perguruan Tinggi sangat berbeda dengan tingkat Sekolah Menengah Atas, dimana mahasiswa di wajibkan aktif bertanya kepada dosen segala sesuatu yang belum dipahami.

Selain itu beban SKS harus mampu diselesaikan sesuai jadual tanpa terhutang. Mahasiswa harus aktif menelusuri perpustakaan guna menambah wawasan keilmuan sesuai disiplin ilmu yang diambil. Membaca dan menulis serta aktif diskusi merupakan cara yang paling ampuh untuk menanamkan science (ilmu pengetahuan) kedalam memory permanent. Sedangkan skill berupa ketrampilan berbicara menjelaskan opini (pendapat) didepan kelas merupakan kemampuan yang harus diperjuangkan selama kuliah.

Science dan skill wajib pula dilengkapi dengan atittude (kepribadian) agar sempurna menjadi Sarjana Profesional. Atittude sangat dipengaruhi lingkungan, artinya mahasiswa memilih lingkungan kondusif sesuai dengan ke ilmuan dan jangan sampai tergabung dengan komunitas yang tidak memiliki masa depan. Ke - 3 unsur profesionalisme itu harus terpadu (integrated) sehingga lengkaplah kemampuan guna memasuki pangsa kerja dengan berbekal kepercayaan diri tinggi.

Saya selalu mengingatkan mahasiswa agar jangan ragu ragu ketika tampil,  baik di muka kelas maupun di organisasi. Ketrampilan public speaking, writting dan communicating perlu terus diasah selama 8 semester. Melakukan kesalahan dalam proses belajar adalah suatu keniscayaan. Kesalahan terus diperbaiki dengan banyak melakukan latihan (trial and error) sehingga akhirnya timbul kepercayaan diri. Dengan demikian ketika sudah bekerja di satu perusahaan atau instansi tidak boleh lagi melakukan kesalahan (mal praktek) karena itu harus serius dalam membentuk diri (personal branding) selama di perguruan tinggi.

Itulah persyaratan minimal untuk menghasilkan sarjana profesional. Science, sklill dan atittude dalam bidang keilmuan apapun harus benar benar didapatkan selama masa perkualiahan. Peran pendidik dan Manajemen Perguruan Tinggi mempunyai peranan terbesar dalam menciptakan kondisi ilmiah sesuai Tridharma Perguruan Tinggi berupa Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat . Sarjana Profesional sebagai out put Perguruan Tinggi adalah sumbangan terbesar bagi Pembangunan Nasional

Waktu 4 tahun terasa singkat ketika mahasiswa benar benar serius menjalankan peran murni seorang mahasiwa pembelajar. Namun bagi mahasiswa yang ogah ogahan waktu terasa lambat karena mereka tidak fokus bahkan terancam drop out. Masa kuliah adalah golden age (masa emas) bagi seorang pemuda untuk menentukan apakah nantinya mereka akan suskses di kancah pengabdian kepada masyarakat.

Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan disebabkan semakin berkurangnya lowongan kerja dan banyaknya tenaga kerja sebenarnya tidak menjadi masalah bagi mahasiswa dengan predikat nilai terbaik. Malahan beberapa perusahan besar baik dari dalam negeri maupun luar negeri telah memberikan kesempatan kepada sarjana sarjana terbaik guna mengabdikan di perusahaan mereka.

Point yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa menghasilkan Sarjana berkualitas profesional adalah suatu perjuangan baik bagi mahasiswa itu sendiri maupun bagi Perguruan Tinggi (Universitas) untuk mencapai Predikat Akreditasi A. Tanggung jawab moral kebangsaan untuk menghasilkan sarjana terbaik merupakan satu kemuliaan dilihat dari sisi pembinaan generasi muda sebagai sumber daya manusia berkualitas. Tentu saja semua itu tidak terlepas dari upaya mewujudkan Indonesia Raya Berjaya sesuai amanah UUD 45 dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun