Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Dijamin Tidak Ada Golput di Kompasiana

14 Februari 2017   10:38 Diperbarui: 14 Februari 2017   14:11 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Lampu merah tanda berhenti
 Lampu kuning bersiap siap
 Rabu besok hari dinanti
 Gunakan hak pilih jangan terlambat

Pertama awak jamin dulu bahwa penulis artikel ini tidak termasuk Golongan Putih atau Golput. Itu dulu, setelah itu baru kita bahas bagaimana posisi sobat kompasianer dan pembaca (silent reader) yang bermukim di media sosial ini. Sebelum terlanjur jauh membahas Golput,  baik kita sepakati apa defenisi golongan yang belum pasti berbaju putih ini.

Golongan putih atau yang disingkat golput adalah istilah politik di Indonesia yang berawal dari gerakan protes dari para mahasiswa dan pemuda untuk memprotes pelaksanaan Pemilu 1971 yang merupakan Pemilu pertama di era Orde Baru. Pesertanya 10 partai politik, jauh lebih sedikit daripada Pemilu 1955 yang diikuti 172 partai politik. Tokoh yang terkenal memimpin gerakan ini adalah Arief Budiman. Namun, pencetus istilah “Golput” ini sendiri adalah Imam Waluyo. (Wikipedia).

Di era reformasi ketika Presiden dipilih langsung oleh rakyat maka istilah Golput dimaknai sebagai tidak menggunakan hak pilih. Tentu bermakna lain dengan sikap netral seperti yang di ungkapan Presiden Jokowi kepada Pimpinan Muhamaddiyah.  Netral Pak Jokowi dalam artian beliau tidak memihak Ahok atau Anies  atau Agus  terkait Pilkada DKI Jakarta.  Jadi Pak Jokowi dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara tentu tetap memiliki hak suara.

Sejak memasuki usia pensiun dari Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2010 awak mendapatkan kembali hak suara.  Namanya juga hak yang terpasung selama masa dinas 30 tahun tentu hak suara awak gunakan secara leluasa.  Leluasa berkonotasi bahwa awak ingin satu suara itu bisa menjadi sumbangan berarti dalam sistem demokrasi Indonesia.  Setelah berkali kali hadir di TPS baik pada pemilihan Presiden 2014 maupun di pemilihan Gubernur Jakarta 2012 maka dapat dipastikan dan tak terbantahkan awak bukan Golput.

Kalaupun ada Golput yang juga disandingkan kepada sosok Hatta Rajasa maka awak mengaku memang berpihak kepada Beliau.  Pasalnya Hatta Rajasa mantan Sekretaris Negara mendapat gelar Golput terkait dengan rambutnya yang telah memutih seratus persen.  Jadi sunatullah apabila usia sudah mencapai umur pensiun maka berbanding lurus dengan warna rambut hitam bermetamorfose menjadi putih alias uban..  Itulah sebabnya kami bisa juga dikatakan golongan yang telah meninggalkan golongan hitam.

Kembali kepada pernyataan awak tentang kepastian bahwa kampasianer di media social termashyur ini tidak ada yang golput tentu ada pasal muasalnya. Salah satu pasal yang menguatkan adalah posting sobat kompasiana bila di baca dengan teliti para beliau itu telah nampak kemana pilihan ditetapkan.  Lihat saja wall kompasiana terutama pada kolom tertinggi, terpopuler dan kolom lainnya.  Disana  sudah ter lihat sobat kompasianer itu memilih paslon urutan 1, 2 atau 3.

Selain itu posting sobat yang tidak terdeteksi di Head Line dan High Light  menyeruak juga dalam berpendapat tentang pilkada.  Pasti ada maksud dan tujuan menulis tentang Pilkada Jakarta karena sebagai warga Ibukota atau bukan yang pasti ada keberpihakan disana.   Oleh karena itu dapat dsimpulkan sobat kompasianer yang memiliki hak suara dapat di pastikan besok Rabu, 15 Februari 2017 hadir di TPS setempat.

Pastikan suara anda  menjadi syah ketika berlangsung perhitungan suara.  Jangan  mencontreng karena yang di anjurkan KPU adalah mencoblos.  Suara menjadi tidak syah apabila mencoblos di luar area foto pasangan calon gubernur. Demikian pula jangan mencoblos lebih dari satu paslon,  surat suara juga di nyatakan petugas TPS tidak syah. Banyak lagi kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh pemilik suara ketika berada di ruang rahasia pencoblosan.

Bagi warga yang sudah berpengalaman menggunakan hak pilih maka hal tersebut tidak akan terjadi.  Bagaimana pula dengan pemilih pemula tentu oleh KPU telah di sosialisasi kan cara yang benar menggunakan hak pilih.  Paling tidak ketika dipanggil KPPS segera saja periksa terlebih dahulu surat suara.   Maksudnya jangan sampai surat suara itu telah di coblos atau cacat karena kalau telah masuk di ruang pencoblosan surat suara cacat tidak boleh diganti kembali.

Pemerintah telah menetapkan Rabu 15 Februari 2017 sebagai hari libur nasional.  Tentu saja niat baik itu wajib dimanfaatkan oleh setiap pemilik suara agar menggunakan waktu  luang tersebut datang ke TPS.  Boleh saja anda pergi  jalan jalan berwisata mumpung hari libur namun sebaiknya gunakanlah  terlebih dahulu hak suara.   Inilah tanggung jawab demokrasi yang dipastikan hanya 5 tahun sekali.  Yakinlah satu suara anda memilikinilai sangat berharga demi perubahan kota Jakarta lima tahun kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun