Oleh karena awak memberikan penegasan kepada  mahasswa atas posisi intelektual  yang akan memimpin generasi  seangkatan.  Tanggung jawab itu tentu harus di bekali dengan sikap Profesionalisme.  Mahasiwa paham bahwa Profesionalime adalah kunci keberhasilan. Profesionalisme memiliki 3 persyaratan mutlak yaitu Science, Skill dan Attitude.  Penguasaan ilmu pengetahuan secara total (science) di bidang disiplin ilmu yang diambil, ketrampilan teruji dengan banyak latihan (skill) serta memiliki sikap perilaku elegant (attitude) diasah dan dibina  selama 4 tahun masa perkuliahan akan menghasilkan Sarjana siap pakai dan percaya diri.
Awak cukup puas ketika mahaiswa memberikan respon positif di acara resume di akhir pengajaran .  Ternyata mereka masih ingat dan semoga akan selalu ingat dalam artian telah  tersimpan di memory permanent  materi kuliah ke warga negaraan.  Kita pernah membahas secara tuntas tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara.  Mahasiswa menyadari bahwa dirinya yang berdomisili di Ibukota tak terpisahkan dalam pengertian Wawasan Nusantara dan Ketahanan nasional.  Selanjutnya du ingatkan kembali tentang peran orang terpelajar yaitu pemahaman logis tentang makna Demokrasi dan Diskriminasi.  Semua materi KWN di rangkum  dalam koridor 4 Pilar Kebangsaan yaitu :  Pancasila , UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Paling tidak itulah bekal awal Materi KWN yang perlu dikembangkan di kemudian hari.  Sebagai seorang warga negara yang baik memahami diri sebagai bagian tidak terpisahkan dalam mengisi kemerdekaan. Penjajah Belanda sudah pergi, Jepangpun telah mundur, kini musuh kita bersama adalah kebodohan dan kemiskinan.  Berharap banyak kepada mereka adalah suatu kewajaran karena kepada siapa lagi kita meminta bantuan untuk membela Tanah Air Tercinta Indonesia kalau bukan kepada generasi muda  bergelar sarjana kualitas  profesional.
Nah kini waktunya men analisa dan evaluasi dari dua pihak.  Selaku Dosen awak memberikan apresiasi kepada 4 kelas yang terdiri dari mahasiswa tingkat satu Fakultas Tehnik Informasi dan 3 kelas  Fakultas Psikologi.  Penilaian objektif itu berdasarkan data absensi kehadiran mahasiswa 85  % disetiap tatap muka.  Kemudian penugasan perorang dan kelompok di kerjakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.  Presentasi didepan kelas memberikan nuansa tersendiri, ternyata sudah terlihat bakat bakat terpendam. Inilah modal dasar yang perlu terus di asah sehingga kelak dimasa datang mereka bisa diandalkan menjadi seorang pejuang kebangsaan.
Feed Back
Selanjutnya ketika mahasiswa di berikan kesempatan menyampaikan umpan balik (feed back) atas kinerja dan penampilan Dosen mereka saling memandang.  Entah apa yang ada di alam pikiran anak anak muda ini terhadap seorang dosen mantan polisi dan juga seorang penulis.  Awak berpesan agar mereka objektif, tidak usyah kuatir nilai akan dikurangi ketika  memberikan feed back.  Syukurlah upaya menularkan sikap objektif itu ada manfaatnya ketika Jassica seorang perwakilan mahasiswa mengatakan bahwa Bapak Dosen kurang tegas menegur  mahasiwa yang suka ngobrol ketika kuliah sedang  berlangsung.
Nah itu dia kelemahan awak. Â Sebenarnya mahasiswa suka ngomong sesama teman sudah cukup awak tegur dengan cara berjalan mendekati mereka atau menanyakan hal hal yang terkait dengan materi kuliah. Â Tapi itulah ulah mahaiswa ketika sang dosen kembali ke depan kelas obrolan itu masih saja terus berlangsung. Â Kalau sudah begini upaya represif awak lakukan dengan memisahkan si tukang ngobrol dengan cara memindahkannya ke bangku depan. Â Ya tahu sendirilah ada saja oknum mahasiwa suka ngobrol di kelas, Â jumlah nya tidak lah terlalu banyak, sehingga kelas tak pula riuh sekali, kecuali pelajaran telah usai.
Mahasiswa merespon ketika awak memberlakukan peraturan tentang mahasiswa telat masuk kelas alias terlambat. Tentu saja Dosen tidak melakukan gaya otoriter namun secara demokratis di awal pertemuan di sepakati bahwa mahasiswa boleh terpaksa telat.  Makna nya  kalau telat  tetap bisa masuk mengikuti pelajaran.  Satu catatan ; sang petelat baru boleh menanda tangani absensi ketika mereka telah memilih 1 dari 2 hukuman.  Sebenarnya bukan hukuman berlari dilapangan Kampus G UG 7 keliling , hukuman itu lebih tepat disebut sebagai kompensasi.  Mahasiswa diberi pilihan apakah dia bicara di kelas 3 menit  atau menulis 5 paragraf.  Cukup adil dan mendidik bukan ?
Hal hasil masalah bangun  kesiangan, jalanan macet, ada urusan ini dan itu sebagai alasan telat tidak perlu d bahas.  Jadi memang perlu juga di beri penghargaan kepada mahasiswa yang  berniat mencari ilmu pengetahuan,  kenapa harus duduk termanggu di luar pintu kelas karena dilarang masuk.  Jakarta kota yang perlu permakluman bijak bagi setiap warga bahwa semua kendala kesemrawutan  bermuara di kota metropolitan itu menular ke kampus Universitas Gunadarma Kampus G  kawasan Depok.
Ya semoga  foto  kenangan di 4 kelas menjadi  dokumen abadi atau alibi bahwa awak memang pernah bertatap muka dengan calon pemimpin bangsa.  Satu keyakinan menghujam di hati ini bahwa mereka akan mengikuti takdirnya masing masing .  Artinya selama sikap profesionalisme itu melekat pada diri pribadi maka peluang emas menjadi pengusaha atau penguasa terbuka lebar.  Satu saat awak boleh berbangga ketika mahasiswa  mengabari bahwa dirinya muncul di TV atau tersiar kabar atas prestasi gemilang ditingkat nasional bahkan internasional. Why Not ?. Amin
Salamsalaman