Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Money

Cangkul, Cangkul yang Dalam

9 November 2016   19:17 Diperbarui: 9 November 2016   20:08 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia melalui PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) ternyata melakukan impor cangkul dari Tiongkok. Keputusan pemerintah ini menuai polemik dan mengundang kecaman dari netizen. Bahkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menilai impor cangkul yang dilakukan pemerintah malah menimbulkan pertanyaan soal komitmen untuk memberdayakan industri kecil menengah. Namun, pemerintah beralasan bahwa kebutuhan cangkul cukup tinggi, tetapi perusahaan BUMN belum mampu memproduksi pembuatan cangkul dengan jumlah sesuai kebutuhan. (admin kompasiana)

Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan hingga kini. Pekerjaan yang lebih berat biasanya menggunakan bajak.   Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi.  (wikipedia)

Wong deso seperti kulo akrab dengan cangkul.  Cangkul merupakan alat perlengkapan di kebon kami Tempino  Jambi.  Almarhum  Ayahanda Haji Dahlan Bin Affan adalah petani tangguh. Beliau punya cangkul 3 buah.  Maksudnya cangkul itu wajib ada cadangan selain bisa dipakai juga oleh anak anak mengolah tanah.  Cangkul digunakan untuk mengubah kondisi tanah keras menjadi lebih subur.  Tanah di balik balikkan dengan cangkulan kemudian apabila telah turun hujan maka suburlah tanah itu.  Tanah siap ditanami singkong atau tumbuhan produktif jangka pendek.

Itulah sejemput pengalaman semasa masih sekolah di SR Tempino sampai awak meninggalkan kota Jambi tahun 1970 untuk melanjutkan kuliah ke Palembang.  Mencangkul ada tata caranya.   Bapak mengajarkan kami bagaimana cara terbaik mencangkul.  Ayunan batang cangkul harus seirama denagn postur tubuh,  Kepala cangkul harus mendarat ditanah dalam posisi sejajar.  Berdiri sedikit membungkuk maju selangkah demi selangkah sehingga tanah hasil cangkulan tidak terinjak.

Setelah itu barulah kami sekeluarga petani menanam bibit di atas tanah yang sudah diolah.  Betapa bahagianya hidup di desa,  Cangkul jadi sahabat keseharian. Setelah melakukan olah tanah maka cangkul harus dibersihkan, dicuci sampai bersih dan disimpan di tempat khusus.  Bayangkan apabila tidak ada cangkul bagaimana petani harus mengolah tanah apalagi tanah itu berjenis keras.  Ketika di sawah dengan jenis tanah yang lembur maka bisa di gunakan kerbau yang menarik bajak.  Kalaupun ada alat modern maka bisalah di gunakan traktor yang tentunya lebih memudahkan pekerjaan para petani.

Cangkul dari cina tak terhindari telah tiba di tanah air Indonesia.  Jadi polemik di DPR dan masyarakat kenapa sampai hati cangkul di import dari negeri lain.  Apakah bangsa ini tidak bisa lagi mampu membuat cangkul.    Tidaklah sulit membuat cangkul.  .  Alat ini sangat sederhana, tukang besi dan tukang las pribumi dengan mudah bisa memproduksi cangkul made in Indonesia.  Tapi sudahlah, awak berharap import cangkul ini untuk pertama kali dan terakhir.  Malu awak dan juga tentunya seluruh warga yang merasa harga diri tersinggung.

Setelah meningglkan desa kini cangkul telah berubah menjadi pena.  Cangkul yang tadinya sebagai mata pencaharian kini berubah menjadi pena atau laptop sesuai dengan peran sekarang sebagai jurnalis.  Cangkul orang kota kata sobat kompasianer.  Hakekatnya cangkul atau apalah namanya merupakan simbol bekerja.  Bekerja untuk menjemput rezeki, memang tidak kotor lagi dengan tanah namun kebersihan hati tetap serupa .   Mari terus mendawamkan  men cangkul dan senantiasa menyadarkan diri kenapa si cangkul menjadi trend topic nasional.  

Baiklah, bagaimana dengan generasi muda perkotaan.  Apakah mereka mengenal cangkul, apakah benda ini menjadi aenh bin  asing bagi mereka. Paling tidak kewajiban orang tua dan guru memperkenalkan benda yang bersejarah bagi perkembangan ekonomi Indonesia.   Luarbiasa,  ternyata cangkul juga hadir di kota kota besar nusantara.  Terutama di Ibukota Jakarta, bisa anda ingin melihat cangkul maka pergilah ke museum jangan lupa bawa anak anak.  Selain itu di jalan raya perhatikan orang sindang yang duduk duduk di pinggir jambatan membawa cangkul.  Mereka menanti job dari sang mandor untuk menggali tanah atau pekerjaan lain dengan senjata utama cangkul.

Baik mari  kita nostalgia sejenak dengan lagu  : Menanam Jagung ... 

Ayo kawan kita bersama
Menanam jagung di kebun kita
Ambil cangkulmu ambil pangkurmu
Kita bekerja tak jemu-jemu.
Cangkul cangkul cangkul yang dalam
Menanam jagung di kebun kita.
Beri pupuk supaya subur
Tanamkan benih dengan teratur
Jagungnya besar lebat buahnya
Tentu berguna bagi semua.
Cangkul cangkul aku gembira
Tanahnya longgar jagung kutanam

Ada pesan khusus ingin saya sampaikan disini  sekalian solusi untuk para penguasa.  Kiranya cinta produksi tanah air Indonesia di galakkan dengan cara memproduksi cangkul.  Petani sebenarnya tidak peduli dari mana asal cangkul yang di gunakan.  Petani hanya mengharapkan cangkul di beri kan secara gratis.  Satu hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah menjadikan Petani Indonesia menjadi tuan di tanahnya sendiri.  Saat ini petani hanya menjadi buruh.  Mereka hanya menjadi pekerja di tanah para majikan yang notabene orang kaya yang bermukim di  kota .

Hidup Cangkul Produksi Indonesia

Salamsalaman

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun