Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tulisan Kompasianer Ini Nggak Bagus-bagus Banget, Tetapi Dia Tetap Menulis

25 Maret 2016   16:50 Diperbarui: 25 Maret 2016   20:32 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ilustrasi : iteadthomam.blogspot.com

Oh Siapa Dia

Tulisan kompasianer ini ngak bagus bagus banget tetapi dia tetap menulis.  Inti dari judul itu terletak pada akhir kalimat yaitu dia tetap menulis.   Ulasan disini bukan pada point ngak bagus bagus banget. Artinya walaupun tulisannya tidak menarik versi beberapa orang atau tulisannya tidak nendang menurut penilaian subjektif admin,  dia tidak putus asa.  Dia akan tetap menulis selama hayat masih di kandung badan.

Menulis sudah menjadi gaya hidup, oleh karena itulah tulisan ini di kategorikan di kelompok humaniora.  Menulis sudah menjadi kebutuhan sehingga setiap hari ada saja yang menjadi inspirasi.  Inspirasi itu bukan ditunggu tetapi ide ide itu wajib hukumnya di panggil.  Agak aneh juga ya, apa hubungannya inspirasi dengan usaha memanggil.

Banyak cara yang bisa dilakukan agar ide tulisan bisa dipanggil atau dipancing.  Salah satu cara memancing ide adalah dengan banyak membaca.  Membaca apa saja, termasuk membaca tulisan sobat kompasianer.  Ternyata membaca surat kabar sangat baik untuk memancing inspirasi.  Lihat saja ketika Ahok mendapat hadiah buku dari Ibu Megawati, bukankah itu yang menjadi inspirasi Bang  Pebrinov menorehkan nya dalam bentuk posting. Multi-tafsir-kehadiran-ahok-pada-peluncuran-buku-megawati  (Ada 1 simpanan tulisan terinspirasi dari komentar di lapak Beliau)

Memancing Ide

Selain itu memancing ide tulisan bisa juga dengan cara silaturahim.  Bentuk tulisan ini biasanya berupa reportase.  Seorang penulis bisa saja menjadikan sesuatu yang disaksikan atau di alami nya dalam perjalanan menjadi sumber  tulisan.  Atau berbincang dengan seseorang, terkadang ada sesuatu hal yang belum terbesit dalam pikran tiba tiba inspirasi  didapat dari teman bicara.

Sebagai contoh, Selasa lalu saya silaturahim ke Kabag Humas BNN Kombes Pol Slamet Pribadi.  Kunjungan ke bekas kantor ini acap dilakukan dalam rangka meng update data sembari bertemu kawan kawan lama.  Dalam perbincangan santai Pak Slamet mengatakan “ saya bukan tipe manusia Kodamar”   Wah pikiran awak melayang ke kepanjangan kosa kata itu menjadi Komando Daerah Maritim.

Ada apa pula dengan Kodamar, apakah belaiu baru berkunjung ke  sobatnya di Angkatan Laut.  Ech ternyata Kodamar versi Pak Kabag Humas yang cergas ini adalah Komandan Dalam Kamar.  Ahai, inilah inspirasi gress yang didapat ketika sering sering bertatap muka dengan siapa saja.  Semakin banyak kita bersilaturahim maka semakin banyak pula hal tak terduga yang kita dapat untuk dikembangkan menjadi tulisan. (satu lagi bahan tulisan siap tayang)

Insiprasi ada dimana mana

Kembali ke pokok persolaan. Dia tetap menulis. Sobat kompasaner nan elok hati.  Siapapun dia yang mengaku penulis pasti pada saat tertentu mengalami blank idea. Pengalaman ini sering terulang terjadi, namun bagi penulis bangkotan,  blank idea itu atau galau tidak boleh berlarut larut.    Ada komitmen pribadi :  jangan sampai kehilangan ide   lebih dari 30 menit" .  Segera membaca posting sobat, membaca surat kabar, nonton televisi, lihat face book dan juga sambangi komunitas whats app.  Yes ide itu akan datang berhamburan sesuai intuisi yang sudah terlatih. Segera saja tulis sebelum ide itu lenyap ke awang awang, jangan kehilangan moment.  

Saya terkesan pada posting Mbak Seneng Utami yang bertajuk :  Ada apa dengan  tulisan yang tidak highlight_ Tulisan ini sangat mengusik perasaan. Memang sih kalau Admin tidak menandai tulisan itu di HL atau Kategori Pilihan maka tulisan itu akan lewat begitu saja. Saya terus terang tidak mau diam ketika di perlakukan begitu.  Tentu harus ada usaha, masa’ tulisan saya yang dinilai tidak bagus bagus banget tidak dilirik admin.

Mulai saya bergerilya mencari perhatian.  Pertama tulisan di tweet ke kompasiana dan beberapa langganan tweet lain.  Terus jualan jualan ke beberapa teman agar tulisan dibaca dengan cara sanjo (berkunjung ke tulisannya)  Setelah itu sebarkan link posting ke face book sebanyak banyaknya.  Nah pasti akan ada perubahan, paling tidak tulisan itu ada juga pembacanya.  Sebelumnya tentu cari  judul yang spektakuler sehingga menggiring pembaca untuk kliq.

Buya Hamka

Kendala pikiran dan keraguan awal ketika start menulis  harus segera dilenyapkan   Nyalakan Laptop atau Personal Computer segera saja mulai menulis.  Bayangkan inspitrasi kita akan memberikan manfaat bagi ornag lain .  Bayangkan pula betapa nikmatnya mendapat koment walaupun hanya satu saja.  Tidak peduli apa yang terjadi.  Ingat ingat sajalah Fatwa Pujangga Besar Sastra Indonesia Buya Hamka, “Biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri”atau juga bisa di tegaskan dengan ungkapan motivasi “ biarlah tulisanmu itu mengikuti takdirnya”

Saya sangat percaya dengan fatwa Buya Hamka.  Percaya yang berada di level Haqqul yakin dan Ainul Yaqin ketika saya mendapatkan link bahwa buku Prabowo Presidenku telah menjadi Koleksi Perpustakaan Nasional Australia.   http://catalogue.nla.gov.au/Record/6423450 Entah bagaimana cara buku yang disampul  depan nya tertoreh nama Thamrin Dahlan bisa sampai di negri orang.  Suatu keniscayaan si buku telah  melampaui samudra luas..  Buku itu  telah membela dirinya sendiri.

Point yang ingin saya sampaikan disini bahwa pokok bahasannya bukan terletak pada tulisan itu ngak bagus bagus banget.  Justru dia tetap menulis yang patut di apresiasi.   Pada dasarnya kita semua masih belajar, menurut hemat saya tingkat kepuasan menulis  itu tidak akan mencapai tingkatan kesempurnaan, ada langit di atas langit.   Penilaian bagus tidak bagus satu tulisan sangat subjektif,  jadi jangan hiraukan,  teruslah menulis sampai hayat di kandung badan.  

Jadi siapakah kompasianer itu yang tulisannya ngak bagus bagus banget ? jawabannya  tidak ada alias fiktif. Jadi ngak perlu tersinggung ya.  Kalau  pertanyaan  siapa dia yang tetap menulis : maka jawabannya adalah kita semua sobat kompasianer .

Salamsalaman

TD

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun