Satu hal yang menjadi pertanyaan terkait kebiasaan Ayahanda Haji Dahlan Bin Affan adalah cara berpeci. Walaupun sudah menunaikan ibadah rukun kelima  tenyata Bapak tidak suka memakai kopiah haji. Tidak suka bukan berarti Beliau tidak pernah mengenakan penutup kepala sebagai penanda pernah ke Tanah Suci.  Tentu saja ketika di Mekah dan Madinah Bapak sering memakai kopiah haji, namun setelah kembali ke tanah air Bapak kembali mengenakan Peci Soekarno.
Peci Soekarno terkenal di dunia internasional ketika Indonesia Merdeka.  Bung Karno di kenal di kawasan lima benua dengan Peci Hitam.  Inilah brand atau penanda seorang tokoh dunia seperti yang juga di kenakan oleh Yaser Arafat dengan Kifayeh dan Mahatma Gandhi dengan jubah putih sederhananya. Saat ini peci hitam Soekarno menjadi kelengkapan busana nasional ketika para pejabat pemerintah menghadiri upacara hari kemerdekaan.  Seragam jas hitam tampak sangat berwibawa ketika para pejabat itu meletakkan peci hitam di kepalanya sehingga di kenal sebagai peci nasional.
Peci hitampun menjadi penanda jamaah haji ketika berada ditanah suci. Bangsa lain mengenali orang berkulit sawo matang dengan hidung setengah macung sebagai orang Indonesioa ketika mereka memakai kopiah hitam.  kita Tawaf di baitullah, setika sholat di masjidil haram dan Masjid Nabawi jamaah Indonesia dengan bangga mengenakan peci hitam. Umat Islam  manca negara terkesan dengan peci soekarno dan kopiah itupun sering diminta sebagai souvenirÂ
Adinda Yahya bin Dahlan akhirnya membuka rahasia kenapa Bapak senang sekali mengenakan  peci hitam ketimbang kopiah haji yang putih itu.  Rahasia itu terkuat ketika menyaksikan Ayahanda melepaskan peci dan kemudian mengambil sesuatu dari lipatan peci hitamnya.  Subhanallah yang diambil Bapak adalah uang.  Uang itu di berikan kepada dhuafa yang kebetulan berpapasan dengan beliau keitika pulang dari masjid.   Jadi Bapak menyimpan duit di lipatan kopiah, yang tidak mungkin dilakukannya apabila mengenakan kopiah haji.
Bapak selau mengecek apakah duit yang ada dilipatan peci hitamnya masih ada.  Apabila sudah habis Bapak meminta uang ke Mamak untuk mengisinya kembali.  Terkadang Ibunda Hajjah Kamsiah Binti Sutan Mahmud tanpa setahu Bapak selalu memperhatikan sang peci soekarno itu.  Dengan demikian Bapak pada setiap kesempatan berderma dan terniat di hati maka serta merta tidak akan menundanya lagi karena dana itu selalu tersedia melekat pada dirinya.
Kedermawanan Ayahanda terus berlanjut walaupun telah memasuki usia pensiun di tahun 1970. Kemanapun bapak pergi selalu memakai peci hitam.  Sattu hal yang luar biasa perilaku kedermawaan Ayahanda adalah memberi sebelum dipinta. Kami bermukim di satu desa kecil Tempino 27 km dari kota Jambi.  Bapak sangat paham bagaimana kondisi ekonomi saudara saudara dhuafa di kampong kami. Bukan ketika berpapasan saja Bapak bersedekah, namun secara rutin Bapak bersilaturahmi kepada saudara dhuafa sekampong dan  sesuai dengan kemampuan memberikan bantuan infaq atau sedekah.
Inilah rahasia Ayahanda, walaupun telah berstatus haji, namun beliau jarang sekali mengenakan simbol ke haji an itu berupa kopiah putih keras bertajin.  Bapak sepanjang hidupnya sampai wafat pada tahun 1992 istiqomah bersedekah melalui simpanan abadi di peci hitamnya.  Semoga seluruh amal ibadah Ayahanda diterimah Allah SWT. Teriring doa semoga amalan Ayahanda Haji Dahlan Bin Affan menjadi teladan bagi kami anak cucunya mampu melanjutkan pola bersedekah Almarhum.  Memberi sebelum diminta. Amin Ya Rabb.
Salam salaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H