Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kapan Terakhir Tuan Menulis Surat,....

21 Maret 2015   10:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_356683" align="aligncenter" width="300" caption="Tidak ber alamat (mondasiregar.wordpress.com)"][/caption]

Sudah mulai terlihat pergeseran budaya manusia di tinjau dari pola komunikasi.  Ditemukan  alat canggih seperti telpon genggam telah merusak tatanan tatap muka antar  seesama anak manusia.   Orang perorang di era teknologi modern semakin asyik masyuk dengan dirinya sendiri.  Ditemani handphone seolah saudaranya yang duduk disamping dianggap tiada.  Kini  HP menjadi kebutuhan utama untuk mengisi waktu, entah sedang berkomunkikasi dengan sobat atau sedang main games, yang pasti saat ini manusia sudah kurang bahkan berbicara antar sesama dalam pola tatap muka.

Perubahan budaya ini sungguh sangat merisaukan.  Bahkan didalam  kelaspun para pelajar curi curi waktu menggunakan alat komunikasi tersebut.  Tentu saja kondisi seperti ini tidak baik ditilik dari sudut pendidikan.   Memang ada sih manfaat positif dari telpon genggam, namun setidaknya telepon itu hanya di gunakan seperlunya.

Artinya hp hanya digunakan untuk hal hal yang penting atau emergency saja.  Its oke kalau hanya say hello mengabarkan tentang keadaan keluarga.  Tetapi sebaliknya apabila hp dipakai sampai ber jam jam untuk saling curhat maka kegiatan itu sudah mulai termasuk kedalam perilaku  mubazir, tiada bermanfaat atau sia sia tidak berguna.

Berbicara dari hati kehati secara langsung tentu saja berbeda dengan berbicara via telepon.  Berbicara tatap muka menyampaikan kata kata nan  tersirat.  Ada enerji emosional disana.  Ada gelak tawa, ada tangusan sendu ketika hati saling bersentuhan.  Apalagi bila di perkuat dengan pelukan erat sebagai bentuk empati.  Luar biasa berbicara tatap muka yang tidak bisa ditemukan pada pola komunikasi melalui telepon genggam.

Oleh karena itu alangkah baiknya kita tetap mempertahankan bicara tatap muka.  Berbicara dengan orang orang terdekat dalam dimensi kekerabatan keluarga.  Ada suasana kebathinan disana.  Ada raut muka nan terbaca ketika seseorang menyampaikan kata.  Apakah ada nada sendu, nada rang gembira sebagai perwujudan suasana hati.  Inilah inti dari silaturahim, menebar kesejukan dan keteduhan hati nan terbungkus dari nilai nilai kehidupan yaitu kasih sayang

Boleh saja menggunakan HP, apabila kondisi geografis memang memaksa kita untuk berkomunikasi.   Justru keunggulan telepon genggam itu ada di sektor ini.  Kelebihan dari kecanggihan teknologi mampu medekatkan nan jauh, kecepatan tersambung dalam berkomunikasi merupakan kelebihan hp. Walaupun sebenarnya  menyambung silaturahim melalui surat terasa lebih bermakna.

Kapan terakhir anda menulis surat. Ya kapan Tuan dan Nyonya.  Era kemajuan teknologi telah memberanguskan perangko.  Era modernisasi yang telah mengurangi kegiatan manusia pada sisi menorehkan tinta di kertas.  Padahal dari secarik surat dalam gaya tulisan apapun akan melukiskan betapa gemuruh gejolak hati disamping isi surat itu sendiri.

Saya mengalami bertahun tahun surat  menyurat dengan Ibunda Tercinta.  Ibunda yang selalu melayangkan surat kepada anaknya yang sedang menuntut ilmu di negeri orang.  Ada pesan pesan kehidupan bermakna luar biasa sebagai curahan kasih sayang dari setiap guratan pena Ibunda. Oh indahnya tulisan Ibunda walaupun masih tetap setia menggunakan ejaan lama, rasanya kehadiran surat seperti membelai rambut ananda.

Point yang ingin saya sampaikan disini adalah ketersediaan waktu kita dalam  menggunakan pola komunikasi antara sesama anak manusia.  HP its oke selama kita manfaatkan untuk hal yang berguna.  Namun marilah kita btetap berbicara tatap muka dengan orang sekeliling dimana kita berada disaat itu.  Janganlah asyik sendiri dengan handphone anda.  Sapal ah dengan senyum dan salam sobat anda di sebelah tempat duduk.  Kenal atau tidak kenal , ajaklah berbicara.  Anda akan merasakan sentuhan hati kebahagiaan ketika mampu mendengar dan menebar kebaikan melalui kata kata nan santun.

Kalau ada amplop , masukkan kertas berisikan tulisan tangan anda kedalamnya. Kemudian rekatkan perangko.  Kirimlah surat sesekali kepada sobat nan jauh di rantau bumi., ….

Salamsalaman

Penasehatpenakawanpenasaran

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun