Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Atasi Sedot Pulsa, Mari Kembali ke Wartel

17 Oktober 2011   00:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_136111" align="aligncenter" width="548" caption="Wartel Gerobak sebagai alternatif anti sedot pulsa"][/caption] Kompasianer Nur Setiono membanting Hand phone nya, kesal sekali dia nampaknya  karena pulsa yang baru saja diisi, serta merta berkurang drastis. Istilah si Abal temannya,  pulsa Pak Nur telah  gaib alias tersedot entah oleh siapa. Sedot menyedot pulsa menjadi berita nasional, malah menurut Iwan Pilliang,  dana masyarakat yang terkuras dari pemakaian pulsa ini menempati rangking kedua setelah konsumsi rokok.  Tragisnya lagi pulsa yang dicuri itu milik rakyat kecil. Kemajuan teknologi komunikasi sedemikian pesat telah memanjakan konsumen, semua berawal dari  persaingan antara perusahaan nasional dalam merebut hati konsumen. Salah satu keberkahan persainagn  adalah murahnya harga HP.  Kalau tadinya  HP merupakan barang lux, mahal dan mewah, kini  HP sudah menjadi merambah ke sisi kehidupan rakyat kecil. Memiliki HP  telah menjadi kebutuhan pokok setelah sandang, pangan dan papan masyaraakat golongan menengah kebawah. Lihat saja si Mbok Sayur keliling, dia menggemgam HP produk terakhir walaupun belinya dari barang second. HP si mbok digunakan untuk menerima pesanan sayur mayur dari Ibu -ibu rumah tangga, fungsi lain HP nya juga untuk menawarkan barang dagangan daging murah, atawa ayam potong.  Perhatikan di jalalan every body had HP now, every where, tidak melihat lagi status ekonomi. Berkomunikasi kini sudah lebih mudah , nampaknya memilik HP telah menjadi gaya hidup. Kegairahan hidup konsumen yang begitu menyala, dalam ber sms ria, ternyata telah dimanfaatkan secara ilegal oleh provider pulsa.  Saya tidak tahu bagaimana secara teknis proses sedot menyedot pulsa, tetapi  yang pasti tindakan tidak terpuji itu  adalah Tindak Pidana ucap para ahli hukum.  Bahas membahas pencurian pulsa sudah berlangsung dimana mana, namun solusi dari pemerintah tak kunjung tiba. Keresahan rakyat kecil melebihi keresah Bapak Presiden dalam menyusun reshuffle kabinet.  Ada yang kapok tak lagi mau ber HP, ada lagi yang saat ini termenung sedih, budget pulsanya kog melebihi target .  Biasanya biaya pulsa 25.000 perak, perbulan, kini melonjak 3  x lipat. Mendingan uang itu digunakan makan bakso saja dan es puter, perut kenyang,  kerja menjadi lebih bertenaga. Anak anak sekolah merengek ke ibunya minta tambahan uang saku apalagi kalau tidak untuk membeli pulsa. Sejak kehadiran HP " terjangkau Warung Telephone atau Wartel menjadi sepi lengang tak berpenghuni.  Booming wartel telah melewati titik jenuh.  wartel tutup, konsumen berkurang.  Kita tidak bisa lagi menyaksikan masyarakat antri di wartel ketika malam tiba.  Dulu mereka mengabarkan berita gembira, berita sedih ke kerabatnya melalau Wartel.  wartel telah menjadi sejarah masa llalu. Nah, sekarang kenapa kita tidak berbisnis wartel.  Peluang berniaga di per wartel an pasti memilki prospek menjanjikan.  Masyarakat yang sebel, kesal, marah dibohongi provider HP telah memutuskan  hubungannya dengan HP.  Wartel adalah solusi untuk mengatasi sedot pulksa.  Provider coba saja menyedot pulsa Wartel, ngak bisa kan ? Biaya telepon wartel relatif murah, apalagi kalau ada wartel on the road seperti gambar diatas.  Konsumen tinggal panggil.  Hallo ojek telepon marilah kemari,...... Mari budayakan hidup tanpa gadget, gunakan telpon rumah dan wartel

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun