[caption id="attachment_338250" align="aligncenter" width="360" caption="Kerja Kerja Kerja, Jangan Cari Muka (Sumber : twicsy.com)"][/caption]
Penyakit kronis "cari muka" menyerang oknum birokrat dari level yang paling rendah sampai ke pejabat eselon satu bahkan ke jabatan Menteri.  Pada dasarnya sikap atau tabiat cari muka berawal dari rasa kurang percaya diri seseorang terhadap kemampuan sendiri. Persaingan kerja dalam menempuh karier yang lebih tinggi sering menimbulkan konflik diantara karyawan. Konflik bisa berbentuk perang dingin atau lebih kasar berupa sikut menyikut dengan berbagai strategi. Strategi cari muka merupakan salah satu andalan yang di percaya mujarab dalam merebut hati sang boss.
Celakanya sikap cari muka itu terkadang tidak berhasil ketika berhadapan dengan Boss yang hanya memiliki satu muka. Muka mana lagi yang akan diberikan karena si Boss hanya punya satu muka. Boss profesional tidak mempan di agung agungkan, tidak mau di puji puji anak buah, karena di balik puji dan service itu terdapat udang dibalik batu. Namun sebaliknya operasi cari muka sangat sukses apabila karyawan mempunyai Boss yang ber muka dua atau bermuka tiga bahkan lebih. Seandainya masih memerlukan banyak muka, maka sesegeralah sang pen cari muka melayang terbang ke dunia pewayangan. Disana ada sosok raksasa yang mempunyai banyak stock muka. Dialah Dasamuka.
Terkait dengan strategi cari muka tersebut maka bisa dilihat dari beberapa contoh aktual yang terjadi di tataran pemerintahan saat ini. Tampak sekali operasi cari muka dilakukan oleh 3 Menteri Kabinet Kerja. Kebijakan diambil dan kemudian diputuskan oleh 3 orang Menteri Kabinet Kerj itu bisa jadi bermakna sebagai suatu sikap terlalu semangat bekerja sehingga di dianggap sebagai sikap Cari Muka (nya) Bapak Presiden.
Satu hari baru dilantik Menteri Hukum dan HAM menerbitkan surat persetujuan tentang pengukuhan Kepengurusan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tandingan. Keputusan terburu buru ini di nilai blunder oleh pengamat politik karena syarat dengan nuansa politik.
Menteri Sekretaris Kabinet mengeluarkan surat himbauan kepada Menteri Kabinet Kerja agar tidak melayani panggillan DPR . Surat ini dinilai blunder jilid 2. Kemudian Menkopolhukam kebablasan men intervensi Polri agar tidak memberikan izin Musyawarah Nasional Partai Golkar di Bali. Apakah kebijakan 3 Menteri ini dalam rangka ucapan terima kasih telah ditunjuk sebagai Menteri ataukah hanya sekedar Cari Muka supaya kelihatan Kera kerja dan kerja.
Oke, penasaran dengan kosa kata Cari Muka , mari kita bertanya kepada mbah google tentang defenisi Cari Muka. Dari hasil penelusuran ditemukan hampir jutaan kontent terkait topik tersebut. Hasil cari (search) Mbah Google di dominasi kata : KERJA ITU BUAT CARI DUIT, BUKAN BUAT CARI MUKA "
Ahai,... Kerja itu buat cari duit bukan buat cari muka, emang dari rumah ngak bawa muka (wajah tepatnya) . Menurut hemat awak sifat atau tabiat Cari Muka bukan saja dikuasai oleh oknum komunitas birokrat tetapi agaknya secara nyata upaya konsisten mencari muka itu juga di geluti juga oleh profesi berikut ini :
- Profesi tukang potret
- Profesi pegawai/karyawan
- Profesi tukang salon
- Profesi anak buah/bapak buah (diatas langit ada langit)
- Profesi badut
- Profesi tukang jual topeng
- Profesi pemain ketoprak
- Profesi ........ (silahkan diteruskan)
Point posting ini adalah untuk menjawab pertanyaan psikologis : Apakah si Bapak itu telah kehilangan muka sehingga dia perlu lapor ke Polisi untuk mencari mukanya yang telah hilang? Jawaban terserah anda sobat. Boleh pilih diantara jawaban seperti yang tertera di list diatas atau anda punya argumen sendiri.
Dipersilahkan
Salam salaman