Cerita Minggu Pagi 25
Dikulumnya. Ditarik ke luar, dan dimasukkan. Lagi. Berhenti. Lalu digigit kecil. Tes! Matanya terpejam. Membiarkan lidahnya menari, melumat pecahan lapisan cokelat. Meleleh.
“Hmmmm...”
Gadis itu, R namanya. Bukan Puisi tanpa huruf R. Namun gadis bercelana ketat hitam dengan kaus berleher lebar warna bintik-bintik antara abu-abu dan biru dongker tak peduli dengan sekeliling pada Minggu pagi di Dago yang memadati jalan di kiri-kanannya rimbun pohon tua besar.
“Kau R kan ....”
Sebuah teguran membuat sang gadis itu berpaling. Bujugbuneng ...makhluk dari mana ini? Belum ia heran, ia disodori pada sesosok tinggi, gondrong dan cuek. Sekilas foto dirinya di panel camera.
“Nikmat betul kau ...menikmati es krim pada pagi begini di sini.”
“Salah!” sahut R cepat. Setelah melihat jepretan di panel camera canggih tampak kukuh.
“Salah?” ia mengernyitkan kening. Matanya tertuju ke gambar-gambar bidikannya tadi sejenak. “TS nggak bilang gitu.”
“O. Kau TS? Banyak yang tahu nama itu....”
“Sama seperti namamu. Dan kesukaanmu pada es krim...”