NDAK terlalu mengejutkan. Ketika Kromodongso, Tigor dan kawan-kawan di gardu mendengar SN mundur dari bendahara RT Jalan Nelayan.
“Aku sudah menduganya!” cetus lelaki brewok dan rada gondrong itu.
Tigor takzim dibuatnya. Sama seperti Asep dan Daeng yang lebih memilih menjadi pendengar dari analisa gaya Kromodongso. Meski kadang nyeleneh cara berpikirnya.
“Dan aku yakin, ia takkan menjadi gembel!”
Mereka bertiga, menunda menyeruput minumannya. Dibuat tercengang. Sekaligus bingung dengan kosa kata gembel yang lama ndak mereka dengar.
“Karena apa?” tanya Daeng tak bisa menahan diri.
“Dia pernah jadi gembel!” Kromodongso cepat.
“Maksudnya, takkan terperosok dua kali?” imbuh Tigor, menyalak.
Kromodongso menjentikkan jari. Ceplek!
“Cerdas!” sebut lelaki itu. “Kenapa? Karena ia dulunya kere. Nyantrik sampai nyambi nyupir segala.”