Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Serangan Fajar Itu Pembodohan Massal

14 Februari 2017   09:30 Diperbarui: 14 Februari 2017   09:37 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. tribunnews.com

Ingar-bingar Pilkada, kenapa selalu yang muncul Pesta uang? Atau setidaknya, acara bagi-bagi benda yang diselubungkan sebagai “keberkahan”. Bukan pendidikan politik kepada warga: sehingga warga mendapatkan program cerdas dan berguna bagi masyarakat luas. Sekaligus, lima tahun mendatang lebih mengerti dalam memilih pemimpinnya. Yang berintegritas, dan seterusnya itu.

Dalam Pilkada Gubernur DKI Jakarta, nota bene warga ibukota yang disebut-sebut lebih baik daripada yang di daerah dalam informasi dan pengetahuan politik, toh tetap kita disuguhi “kampanye” tak cerdas. Sebagian, malah cenderung pembodohan atau menyembulkan kotak-kotak yang selazimnya tak muncul.

Tujuan dari parpol mengusung calon kepala daerah pun menjadi tak malu-malu lagi: harus menang. Sehingga yang kita saksikan jargon-jargon dangkal. Bahkan ketika kita mendengar dari mulut calon kepala daerah itu sendiri. Lepas dari latar belakang mereka yang umumnya sudah meraih S2, Pasca Sarjana. Sarjana, adalah ejawantah dari “panutan”, mestinya.

Aturan yang sudah disepakati, tak hanya damai dan menenggang pun ditabrak tanpa ampun. Ketika di hari tenang, tiga hari menjelang hari H berlangsung, malah mereka melakukan serangan fajar atau apa pun istilahnya. Membuat tidak tenang. Ini, karena, pokoke menang tadi.

Kita baca di Warta Kota, Selasa (14/2): Per KTP harus 1, jangan ngarep 2, per keluarga boleh 3. Ingat, ingat, jangan ngarep 2 kacamata.

“Maksud dari tulisan di kupon itu memang sebagai bentuk dorongan untuk mensukseskan Pilkada. Tidak ada maksud politik di dalam tulisan di selebaran itu,” ungkap Eko Subroto, Ketua Panitia Pembagian Kacamata Gratis Sekretariat RW 01 Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (13/2).

Membagi-bagikan di hari tenang itu sendiri jelas melanggar. Dan isi dari selebaran di kupon itu, tak usah lulus Sarjana, bisa tahu apa maksudnya. Ndak cerdas, sungguh! Pembodohan.  

***  

Pondok Gede, 14/2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun