Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sail to Krakatau, Dadakan tetapi Oke!

14 Mei 2016   13:43 Diperbarui: 14 Mei 2016   13:58 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pukul 3 sore, Kapal berpenumpang 1500 orang pun berangkat

I’m sailing

I’m sailing cross the sea

Buuuut ....but!

Bunyi khas kapal dari cerobong dan diikuti oleh semburan asap hitam membubung tinggi. Dan dari Pelabuhan Merak, Cilegon Banten kapal Sebuku bergerak. Ada sorak dan kegembiraan anak-anak, remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu.  Menuju ke Gunung Krakatau yang dikeliling laut. Gunung yang melegenda ketika abad kesembilan belas meleduk dan abunya konon sampai ke London, Inggris – yang punya penyanyi Rod Stewart dalam lagu Sailing.

Inilah wisata Bahari pertama atas prakarsa Pemerintah Kota Cilegon yang lagi ulang tahun ketujuh belas. Bak gadis manis nan kinyis-kinyis. Saat Sabtu (30/4)  sore merambat hampir di pukul 15.00 wib, meninggalkan pelabuhan tersibuk di ujung barat Pulau Jawa. Capnya: Wisata Bahari Cilegon, Sail to Krakatau.

Asap cerobong kapal
Asap cerobong kapal
Saya di dalamnya, bersama 1500 orang mengarungi laut tenang pada Sabtu (30/4) bersama dua kompasianer Isson Khairul dan Kang Nasir, asli Cilegon yang baru meluncurkan buku “Catatan dari Cilegon”.

hotel-krakatau-5736c40c0f977334056bf8b7.jpg
hotel-krakatau-5736c40c0f977334056bf8b7.jpg
Ketika kapal Sebuku (Palembang) menjauhi Pelabuhan Merak, orang-orang yang membayar antara 150 ribu rupiah sampai 400 ribu rupiah itu, dari kelas ekonomi sampai kelas vip, mereka mulai dengan segala gaya. Terutama berfoto-foto antarsesama. Ah, teknologi yang memudahkan mereka untuk menjadi model, dan dengan camera yang dipegang sendiri pun jadi. Selfie, swafoto.

Saya sehabis memotret keluarga Pak Priyo, ditawari untuk makan bekal yang dibawa dari rumah. “Monggo ...!” kata Bu Siti, istrinya.

krakatau-rujak-5736c46d3cafbd680ecf66ac.jpg
krakatau-rujak-5736c46d3cafbd680ecf66ac.jpg
Saya memilih rujak yang memang menggiurkan. Ada blimbing, jambu, bengkoang, mangga yang sudah diiris-iris dan ditempatkan di baskom plastik. Sedangkan sambalnya sudah ada ditempat lain, yang kebetulan tak terlalu pedas. Jadilah sebuah pelayaran yang tak terlupakan. “Ya, lumayan kami sekeluarga bisa ikut acara ini. Saya belum pernah naik kapal,” kata Bu Siti diamini oleh anak dan cucunya.

Harga tiket itu, memang lumayan untuk keluarga itu. “Mestinya ada snack, ya hahaha,” kata Pak Priyo yang sudah beberapakali naik kapal ke Lampung.

krakato-selfi-ramerame-5736c4f090fdfd2907fe94c5.jpg
krakato-selfi-ramerame-5736c4f090fdfd2907fe94c5.jpg
Sebagian besar, peserta Sail to Krakatau ini memang belum pernah naik kapal. Ya, meski mereka tinggal di wilayah Cilegon, yang hanya sepelemparan batu dari rumahnya. Setidaknya, naik kapal besar yang berkapasitas 5000 orang seperti yang disebutkan oleh Nana ASDP Merak. “Ide pelayaran ini spontan. Hanya dalam sebulan, jadi,” ungkap Nana Sutisna manajer terbaik dalam mengelola ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan) di Indonesia. “Karena ini Pemkot yang meminta, ya soal harga sewanya tak jadi soal. Apalagi saya orang asli Cilegon.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun