Siapa yang dimaksud? Tentu, Bambang Tri. Seperti yang dinyatakan di media sosial, persisnya di FB-nya. Plus video yang diucapkan sepanjang beberapa detik itu , dan ditranskripsikan. Bahkan ia sudah merasa benar, walau sebatas orang membaca karena penasaran padanya seperti bawah ini:
RAKYAT PERCAYA KEPADA BAMBANG TRI..BUKAN JOKOWI.video saya dilihat ratusan ribu x
Kenapa saya sebut penulis ini pinter? Karena sepanjang statusnya di FB yang diunggah dengan huruf kapital selalu ada kata-kata goblok. Ya, GOBLOK. Kepada siapa pun: Presiden, Polisi, Jonru – yang selama ini pengkritik abadi Jokowi. Dengan kata lain, ia membanggakan diri sebagai yang tidak goblok.
Di era tsunami informasi seperti sekarang ini, tak aneh klaim penulis pinter yang satu ini. Sama seperti Dwi Estiningsih, orang partai yang dengan ringan menyebut kafir kepada pahlawan non muslim dari banyaknya umat muslim di negeri ini. Memang tidak ada pahlawan – yang diharapkan – muslim? Saya kira, karena ia menyatakannya di medsos, maka ya seperti itulah. Asal njeplak, dan jauh dari partai yang menaunginya sebagai partai “adil” dan merasa bener.
Bagaimana dengan Penulis pinter yang menulis sebuah buku bertajuk Jokowi Undercover? Sayang, saya tak bisa menyimak isinya karena memang tak mendapatkannya. Boleh jadi, buku itu sudah dikloning, dan sulit dicari yang benar isinya seperti yang ditulis Si Penulis pinter. Walau tetap ia – sementara – saya anggap pinter (dengan huruf cursif, miring). Tersebab, bukunya menjadi “laris” atau menghilang di peredaran. (Eh, agaknya cara menjualnya memang via order di medsos). Berbeda dengan buku Gurita Cikeas-nya George Adi Tjondro, misalnya.
Di era digital kini, membuat buku (fisik) sungguh amat-sangat gampang sekali. Bisa satu eksemplar, malah. Bahkan siswi-siswi tingkat SMTP di Cibiru, Bandung, muridnya bisa menulis belasan judul. Walau, itu sebuah “tugas’ dari sekolah. Intinya tetap, membuat buku sangat mudah. Jadi, bagaimana Si Penulis pinter ini tak bisa membuat buku? Tak usahlah isinya seperti apa. Juga sudah melalui proses sebagai buku ber-ISBN apa belum, misalnya. Karena, toh, itu tak dibutuhkan benar. Sebab tujuan dari Si Penulis pinter ini sudah “tercapai” dengan kehebatannya itu.
Korelasi sebuah buku ditulis oleh orang pinter, mengacu bahwa isi dari sebuah buku ditulis dengan aturan dan kelaziman yang bisa dipertanggugjawabkan – kalau bisa ilmiah dan ada data, mengingat ini bukan buku fiksi. Penulis berani dan menyerempet-nyerempet bahaya, misalnya Soe Hok Gie, namun ada jejaknya. Atau dengan gaya satire-nya H. Mahbub Djunaedi, orang NU dan ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), yang menulis Kolom (kolomnya di Majalah TEMPO), satu di antara yang paling menentang kalau ada pemberangusan buku. Tapi ia mengatakan dengan: jawab dengan buku tadingan – yang meyakinkan. Artinya, dengan data dan sumber yang meyakinkan. Akurat.
Juga, sebagaimana bahasa buku, setidaknya “teratur” atau tertata dengan baik, dan komunikatif. Ini, jelas sangat tak sebading lurus dengan pernyataan-pernyataannya, terutama kosa kata “goblok” di media sosial yang diunggahnya secara berhamburan.
Perihal lain-lain, latar belakang dan sebagainya, hemat saya tak penting. Bila isinya (kelak memang) hoax, ya pertanggungjawabkanlah. Seperti ia yang menantang-nantang siapa pun. Kita tunggu. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H