Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Majas Politik Anas

17 Januari 2014   05:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:45 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SEJAK Februari 2013 lalu, Anas Urbaningrum telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Kasus yang menjeratnya, perihal Proyek Hambalang – belakangan proyek-proyek yang lain. Lalu muncullah, pernyataan-pernyataan yang bernas dari Anas: gantung saya di Monas kalau serupiah saja menilep uang haram. Hingga ia akan membuat bab-bab lanjutan dalam buku politik perlawanannya, terutama terhadap SBY – mentornya sekaligus yang merekrut masuk ke Partai Demokrat dan melambungkannya menjadi Ketua Umum. Ia dianggap meroket dan sebagai politikus muda hebat.

“Terima kasih kepada Bapak SBY,” ujarnya setelah memasuki bulan kesebelas ia ditetapkan sebagai tersangka dan kemudian ditahan KPK. Itu pun melalui bak-bab berliku khas Anas. Menyatakan dalam bentuk sindirian yang mesti diakui seperti hiburan bacaan politik negeri ini yang semrawut – terlebih kini memasuki Tahun Pemilu 2014.

Bab Anas, kerap mengundang senyum dikulum, ketika ia dengan bahasa majasi dan dibalut metafora. Tak percuma mantan pentolan HMI ini kemudian menyedot perhatian dan disebut politikus cerdas. Perihal ini, juga kerap merepotkan SBY. SBY pun baik selaku pribadi, presiden atawa orang terpenting di Demokrat merasa ditelikung – atau mungkin yang pas diserimpung Anas. Anas, menjawab: bahwa ia bayi yang tak dikehendaki sejak awal oleh penghuni Puri Cikeas nan kesohor ini.

Meski melalui jalan berliku, bahkan Anas sempat dilempar telur di KPK pun, kini mesti tunduk. Serangannya dijawab dengan “terima kasih” kepada aparat penyidik KPK dan hingga Ketua KPK Abraham Samad. Plus kepada SBY, yang oleh loyalisnya disebut disambangi Wakil Menteri Hukham Denny Indrayana dan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto. Apakah jawaban itu cerdas? Yang jelas Anas “menyerah” juga. Perlawanannya hanya sebatas kalimat-kalimat puitis bermakna ganda. Maka yang ditunggu kemudian adalah nyanyiannya saja yang merdu, termasuk dinyatakan oleh Jubir KPK bergaya tenang Johan Budi. “Menyanyilah Anas.”

Nyanyian Anas atawa jilid-jilid berikutnya, mengandung magma bagi Demokrat yang tak kunjung membaik citranya. Padahal, kurang sembilan puluh hari ke depan sudah ada perayaan Pesta Demokrasi. Artinya, bagi Demokrat kiri-kanan tetap kena getah atas ulah Anas. Ketika belum disangka-saat dan hingga ditahan, Anas menjadi Malin Kundang yang mesti dibawa jauh-jauh. Agar tak menciprati getah ke baju Demokrat.

Persoalannya, menjadi beban di dalam tubuh partai politik yang kelewat cepat membubung, dan kini kena hukum alamnya, kelewat cepat dihempaskan. Demokrat berjalan terseok-seok menuju ke sebuah panggung Pesta Demokrasi. Amat berbeda dengan lima tahun lalu, dan mencengangkan peserta pesta lain. Disalipnya partai-partai lama hanya dengan bermodalkan SBYyang kini diganggu oleh si Malin Kundang Anas Urbaningrum.

Ucapan terima kasihnya Anas kepada SBY, sungguh paradoksal bagi para ahli linguistik. Entah bagi loyalis Anas yang bahasanya lebih ngablak dan tak menggunakan tata bahasa nan apik. Sedangkan bagi SBY yang gamang, bisa menafsirkan lebih dari sekadar ganda. Empot-empotan. Karena ia Ketua Umum dan kurang sembilan puluh hari ke depan mesti menunggu hasilnya. Untuk dipertanggungjawabkannya. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun