PANDU terlambat memasuki gerbang sekolah. Meski sudah susah payah merambah jalan becek. Beruntung ia masih diperbolehkan Penjaga Sekolah yang sekaligus Satpam.
“Sepatumu kotor benar, Ndu ...,” sapa Pak Sakimun yang sering dipanggil anak berkulit agak gelap dengan panggilan Pakde.
“Ya, Pakde. Makanya, saya terlambat,” ujar anak bertubuh kurus itu.
“Jangan terus-terusan. Nanti aku ikut repot kalau memperbolehkan kamu masuk. Padahal sudah telat.”
“Iya, Pakde.”
Pandu pun bergegas menuju ruang kelas lima, dua di ujung Timur deret ruang kelas bercat biru pintu-pintunya. Dan, ia masih repot dengan membersihkan sepatunya. Sebelum masuk ke dalam kelas yang sudah mulai mata pelajaran. Ada suara Bu Tamita yang cempreng.
“Selamat pagiii ...Bu. Maaf, saya terlambat,” ujar Pandu.
Bu Tamita menghela nafas dalam-dalam. Sejurus kemudian, memperhatikan alas kaki Pandu. Ia pun menggeleng-gelengkan kepala.
“Kamu boleh masuk. Tapi bersihkan dulu sepatumu ...!”
Pandu pun ke luar ruang kelas diiringi dengan tawa teman-teman Kelas lima.
***