Cerpen Thamrin Sonata
Never mind, I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you*
Grung! Grung …!
Sepeda motor hijau itu pun meraung. Membawa Tika di belakang Sonata. Sang wanita hanya sekali menegakkan badan, selebihnya menggayut dan mendekap Si lelaki. Sekuat-kuatnya rengkuhan kedua lengannya. Jaket kulitnya dan jaket kulit si pengendara tembus melalui hati. Dalam debar dan frekuensi yang sama.
“Kita ke mana?” ketika lampu merah menyala di sebuah perempatan. Suaranya dikeraskan.
“Ke mana saja!” sahutnya tak kalah kencang.
Perbincangan singkat dari sepeda motor besar hijau sempat membuat beberapa orang yang mengendarai sepeda motor di kiri kanannya menoleh. Sembari membisik dan menyimpan dalam hati. Adakah yang lebih indah dari sepasang anak manusia yang mengarahkan mereka ke pantai ujung asa.
Ke mana saja dan sampainya kapan, tak penting. Tika pun tak pernah menanyakan kelanjutannya. Sepanjang ia bisa mendekap Sonata. Hingga senja di ujung pantai yang digurati teja, garis-garis merah. Lukisan Sang Pencipta yang berubah-ubah saat angin meniupnya kapan pun juga.