Yakni:
Sehangat Matahari Pagi,
Mandeh, Aku Pulang
Mengembara ke Masjid-Masjid di Pelosok Dunia.
Ya, jangan salah. Buku yang ditulis oleh tiga orang Kompasianer yang berbeda latar belakang: Guru Kehidupan di Kompasiana Tjiptadinata Effendi, Tukang Insinyur Izkandandar Zulkarnain dan Tukang Mesin Pesawat yang sudah mengunjung lima puluh Negara di dunia.
Semua, kebetulan laki-laki, hehehe. Nongkrongnya di booth KutuBuku. Klop, kan? Mereka bisa dikeroyok untuk ditanyai: kenapa nulisnya gitu? Kenapa nggak “begini” saja. Dan seterusnya. Mereka bersedia kok ditanya-tanya, diminta tanda tangannya di buku yang layak disimak para Kompasianer. Juga diajak selfie.
Kenapa? Ya, ndak usah ditanya. Karena mereka yang tergabung dalam KutuBuku mengikuti Kompasiana: sharing en connection. Mereka akan berbagi. Mereka akan nyambung kalau dalam urusan yang satu ini: tulis-menulis dan mbikin buku. Meraka matang, dan … nulis menjadi bagian penting sebagai penyaluran untuk menyumbat “kemampatan” komunikasi.
Pada Pak Tjip, yang muda boleh memanggilnya Opa, deh. Sudah menerapkan Sehari Satu Artikel. Dan sudah membuktikan. Tulisannya melebihi 365 judul dalam setahun. Padahal, Opa sudah berkepala tujuh usianya. Kali ini, memang justru Pak Tjip yang ditulis oleh para sahabatnya: Kompasianer. Pertanda kehadiran Pak Tjip bukan abal-abal, ia menapaki bumi dan menebar kebaikan. Tulisannya, hanya satu kata: inspiratif.